Saturday, October 23, 2010

Vertebrata

Gambaran Umum Tatanama Hewan

Pada hakikatnya nama-nama takson itu adalah alat komunikasi bagi para pakar zoologi, sebab tanpa menyebut nama, orang lain tidak akan mengerti objek hewan apa yang dimaksudkan. Sayangnya ada ahli-ahli yang lebih tertarik terhadap nama-nama daripada hewannya sendiri. Sebenarnya nama-nama hewan telah diberikan sejak manusia mengenal hewan-hewan itu tetapi sifatnya masih kedaerahan, sehingga disebut nama daerah. Nama daerah berbeda-beda antara satu tempat dengan tempat yang lain sehingga nama daerah dipandang tidak praktis. Dalam perkembangannya manusia mencoba menciptakan nama-nama deskriptif, yaitu nama-nama yang didasarkan atas sebagian besar ciri-ciri yang dimiliki hewan-hewan yang dipelajari. Nama ini terlalu panjang sehingga tidak praktis. Itulah sebabnya kemudian diciptakan nama binominal yang lebih sederhana dan lebih praktis.

Sistem binominal mengatakan bahwa nama spesies terdiri atas dua kata, sekaligus dua nama. Kata pertama merupakan kata genus, kata kedua merupakan kata spesifik atau disebut nomen triviale. Ternyata terdapat perbedaan terhadap penggunaan istilah Latin dalam nama ganda itu. Zoologi menggunakan istilah binominal,sedangkan botani menggunakan istilah binomial. Berdasarkan asal usulnya, tampaknya istilah binominal lebih tepat. Di dalam tatanama yang hendak ditata dan dibuatkan peraturannya adalah nama ilmiah atau nama Latin takson-takson. Peraturan itu tercantum dalam Kode Internasional Tatanama Zoologi dengan segala perangkatnya.

Ketentuan dalam Pemberian Nama-nama Takson

Kegiatan belajar ini mengatur cara pemberian nama takson tingkat kategori di bawah spesies dan kategori di atas spesies. Nama takson spesies diatur dalam sistem binominal, nama takson subspesies dengan trinominal, nama takson di atas spesies dengan uninominal. Nama familia berakhiran idae, nama subfamilia berakhiran inae, nama ordo sampai phylum berakhiran bebas, kecuali untuk ikan dan burung, nama ordo berakhiran iformes. Nama pencipta, diletakkan di belakang nama spesies, tanpa dipisahkan oleh tanda-tanda tertentu, tanpa digarisbawahi atau dicetak miring, dapat disingkat. Apabila dijumpai nama pencipta itu berada dalam tanda kurung, berarti nama genus dari spesies itu telah diubah, dan untuk menghargai jasanya, nama pencipta pertama tetap ditulis di belakang nama spesies tetapi di dalam tanda kurung. Apabila suatu populasi memiliki 2 nama, maka nama itu disebut sinonim, tetapi bila sebuah nama diberikan pada 2 kelompok populasi berbeda, maka nama itu disebut homonim. Hibrid tidak diberi nama, sebab hibrid bukan populasi dan berarti bukan takson.

Chordata Rendah

Chordata memiliki 3 (tiga) ciri utama yang membedakannya dari kelompok lain. Chordata dibedakan atas Chordata rendah dan Chordata tinggi. Anggota-anggota Chordata rendah tidak memiliki Column vertebralis, tetapi hanya memiliki chorda dorsalis sebagai penguat tubuhnya. Kepemilikan chorda dorsalis itu berbeda-beda, ada kelompok yang hanya memiliki chorda dorsalis di bagian anterior, ada yang hanya di bagian ekor dan ada yang memanjang pada seluruh punggung tubuh. Atas dasar 3 (tiga) perbedaan ciri tentang kepemilikan chorda dorsalis, batang syaraf dan celah insang, maka chordata rendah dibagi menjadi 3 (tiga) Subphylum:

* Hemichordata
* Urochordata dan
* Cephalochordata.

Kelas Chondrichthyes (Super Kelas Pisces)

Kegiatan belajar ini membahas tentang kelompok ikan tidak berahang yang termasuk kelas Agnatha. Kelas ini meliputi 2 ordo: Myxiniformes dan Petromyzontiformes. Kedua kelompok ini memiliki persamaan dan perbedaan, terutama berkaitan dengan mulut, sirip dan celah insang.

Disamping kelas Agnatha, kegiatan belajar ini juga membahas kelas Chondrichthyes, yaitu ikan-ikan yang kerangkanya berupa tulang rawan, dan sesungguhnya tulang rawan ini bukan menunjukkan keprimitifannya melainkan merupakan ciri sekunder. Kelas ini mencakup 2 subkelas:

* Subkelas Elasmobranchii yang dibedakan atas ordo Squaliformes dan ordo Rajiforms. Ordo Squaliformes mencakup semua jenis ikan hiu, sedangkan ordo Rajiformes mencakup jenis-jenis ikan pari. Terdapat beberapa perbedaan antara ikan hiu dan ikan pari yaitu dalam hal: letak celah insang, perlekatan sirip dada dan ujud dari ekornya.
* Subkelas Holocephali mencakup jenis ikan langka yang disebut ikan tikus. Ikan ini tidak mirip dengan ikan hiu ataupun ikan pari dalam hal: bentuk tubuh dan jumlah celah insang.

Osteichthyes (Superkelas Pisces)

Osteichthyes mencakup semua jenis ikan dengan kerangka berasal dari bahan tulang sejati. Ada kelompok besar ikan bertulang sejati ini. Satu kelompok sangat penting artinya dalam perjalanan evolusi hewan darat (Tetrapoda) dan kelompok yang lain berkembang menjadi ikan-ikan maju seperti kita kenal sekarang ini. Ikan-ikan yang dipandang penting dalam perjalanan evolusi Tetrapoda adalah ordo Coelacanthiformes, sedangkan yang berkembang menuju ikan-ikan modern masa sekarang adalah Actinopterygii.

Kelas Ampbhibia

Amfibi adalah kelompok vertebrata darat yang paling primitif, menduduki tempat peralihan dari kehidupan akuatik ke kehidupan darat. Perubahan tempat kehidupan ini menyebabkan seakan-akan kelompok ini masih mencari-cari pola yang sesuai, sehingga terlihat adanya model-model kehidupan, wujud dan ciri-ciri kelompok yang beragam. Di samping adanya model dan wujud yang beragam, juga terjadi perubahan alat-alat tubuh yang disesuaikan dengan cara hidup di darat, misalnya perlu paru-paru, tungkai, choana, dan lain-lain. Untuk klasifikasi Amphibia diperlukan kombinasi berbagai ciri.

Dengan demikian Amphibia dapat dibagi menjadi 4 ordo:

* Ordo Apoda,
* Ordo Trachystomata,
* Ordo Caudata dan
* Ordo Anura.

Apoda dan Trachystomata merupakan ordo yang anggota-anggotanya sedikit, sedangkan Caudata dan Anura merupakan ordo-ordo yang anggota-anggotanya banyak. Pembahasan kedua ordo ini dibatasi hanya yang berkaitan dengan contoh-contoh yang ada di alam Indonesia.

Kelas Reptilia

Reptilia adalah kelompok hewan darat yang sebenarnya karena mereka bernapas dengan paru-paru sepanjang hidupnya. Sebagai hewan darat yang hidup di lingkungan kering, kulitnya memiliki lapisan bahan tanduk yang tebal. Lapisan ini mengalami modifikasi menjadi sisik-sisik. Kulit sedikit sekali mengandung kelenjar kulit. Ada di antaranya yang selain mempunyai sisik epidermis juga mempunyai sisik dermis, misalnya buaya. Pada anggota Lacertilia pengelupasan kulit terjadi sedikit demi sedikit, sedangkan pada ular terjadi sekaligus. Reptil termasuk Tetrapoda sehingga memiliki 4 buah tungkai atau kaki, tetapi ada pula di antara anggota-anggotanya yang tungkainya mereduksi atau menghilang sama sekali. Menghilangnya tungkai-tungkai itu merupakan ciri sekunder, atau wujud adaptasi terhadap lingkungan. Hewan reptil berkloaka dengan celah berbentuk transversal atau longitudinal. Sebagai hewan darat reptil telah memiliki langit-langit sekunder, dan pada buaya perkembangannya telah sempurna. Semua reptil bergigi kecuali kura-kura. Perlekatan gigi-gigi itu ada yang acrodont, pleurodont, thecodont. Pada anggota Lacertilia, lidah berkembang baik dan dapat digunakan sebagai ciri penting untuk klasifikasi. Alat pendengar, ada yang dilengkapi dengan telinga luar dan ada yang tidak. Mata ada yang berkelopak dan dapat bergerak, ada pula yang kelopaknya tidak dapat bergerak serta berubah menjadi bangunan transparan. Reptil jantan memiliki alat kelamin luar berupa sebuah penis atau satu pasang hemipenis. Embrio memiliki gigi telur untuk merobek cangkang telur pada waktu menetas. Klasifikasi reptil, pada awalnya didasarkan atas arsitektur tengkoraknya. Formulasi ini dikemukakan oleh Osborn tahun 1903, yaitu ditunjukkan dengan adanya ciri-ciri tengkorak: anapsid, diapsid, synapsid (parapsid). Sekarang klasifikasi reptil tersebut telah banyak berubah, dan dibagi menjadi 4 ordo: Testudinata, Rhynchocephalia, Squamata dan Crocodilia.

Kelas Aves

Setiap burung tubuhnya ditutupi bulu, sehingga bulu merupakan ciri spesifik burung, yang tidak dimiliki oleh kelompok Tetrapoda lainnya. Pada hakikatnya bulu berfungsi sebagai alat untuk terbang, karena burung merupakan perkembangan filogenetik dari reptil yang tak terbang. Bulu diduga berasal dari modifikasi sisik-sisik reptil yang menjadi moyang burung. Selain itu bulu juga berfungsi untuk menjaga suhu tubuh burung agar tetap tinggi. Sebelum burung benar-benar dapat terbang ada suatu bentuk makhluk yang sebagian ciri-cirinya menyerupai burung dan sebagian yang lain menyerupai reptil. Bentuk ini dipandang atau dianggap sebagai bentuk perkembangan reptil menuju burung. Makhluk yang fosilnya ditemukan di Jerman ini diberi nama Archaeopteryx lithographica. Berdasarkan atas kemampuan terbangnya, burung dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu Ratitae yang anggota-anggotanya tidak dapat terbang karena alat-alat terbangnya tidak memadai. Kelompok kedua adalah Carinatae yang mencakup burung-burung yang mampu terbang, bahkan ada yang sangat pandai terbang. Lebih lanjut masing-masing kelompok itu dibagi-bagi menjadi ordo-ordo yang jumlahnya tidak kurang dari 30. Masing-masing ordo diuraikan ciri-ciri utamanya dan diberikan contohnya.

Kelas Mamalia
Nama Mamalia berasal dari ciri utama anggota-anggota (hewan) yang memiliki glandula mammae. Selain itu ciri lainnya adalah memiliki rambut-rambut, yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari pengaruh panas maupun dingin. Suhu tubuh mamalia relatif tetap dan keadaan ini disebut homoioterm. Di dalam kulit mamalia terdapat kelenjar air susu, kelenjar peluh (keringat) dan kelenjar minyak. Beberapa jenis mamalia mempunyai kelenjar lain misalnya kelenjar bau dan kelenjar pipi. Berdasarkan sifatnya gigi-gigi mamalia adalah heterodont, thecodont, dan diphyodont. Dipandang dari cara menapakkan kakinya, mamalia ada yang bersifat plantigrad, digitigrad, dan unguligrad. Mamalia juga memiliki diafragma yang memisahkan rongga dada dari rongga perut. Dipandang dari aktivitasnya, ada mamalia yang nocturnal dan ada yang diurnal. Secara umum, ada mamalia yang bermanfaat, ada yang merugikan dan ada yang membahayakan bagi kehidupan manusia. Jumlah spesies mamalia yang telah dikenal mamalia tidak kurang 4.000 dan dikelompokkan ke dalam sejumlah ordo.

PENGELOMPOKAN HEWAN VERTEBRATA DAN AVERTEBRATA

Pengelompokan hewan
Hewan dapat dikelompokan menjadi 2 kelompok yaitu berdasarkan ada tidaknya tulang belakang. Invertebrata (hewan yang tidak memiliki tulang belakang) dan Vertebrata (hewan yang memiliki tulang belakang).

Invertebrata
Hewan invertebrata banyak sekali disekitar kita misalnya, bekicot, kerang, udang, cumi-cumi, cacing, kupu-kupu, dan lebah. Anggota hewan invertebrata mencapai 90% dari semua spesies hewan yang ada di darat maupun di air dengan ukuran ubuh yang bervariasi. Berikut ini kita akan membahas tentang beberapa anggota filum invertebrata.
Filum Porifera
Porifera berasal darai kata porus (lubang-lubang kecil) dan fera (mengandung). Jadi, porifera berarti hewan yang memiliki pori. Porifera merupakan hewan metazoan paling sederhana yang memiliki banyak sel. Makanan porifera berupa plangton atau bahan organic yang masuk bersama air yang melewati pori. Porifera memiliki 3 tipe saluran air yaitu tipe askon, tipe sikon, dan leukon/argon. Porifera bisa bereproduksi dengan cara aseksual dengan membentuk kuncup dan seksual. Filum porifera memiliki 3 kelas antaranya :
a. Kelas Calcarea
b.Kelas Hexactinellida
c. Kelas Demospongiae
Filum Coelenterata.
Coelenterata berasal dai kata yunani , koilos (rongga) dan enteron(usus). Jadi, Coelenterata adalah hewan yang berongga. Coelenterate termasuk metazoan yang bersifat diploblastik, bentuk tubuh simetri radial, mulut dikelilingi oleh tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa, alat gerak dan alat pertahanan. Reproduksi berlangsung secara aseksual dan seksual. Coelenterate dapat digolongkan menjadi tiga kelas yaitu
a. Kelas Hyrdozoa
b. Kelas Scyphozoa
c. Kelas Anthozoa
Filum Platyhelminthes
Platyhelminthes merupakan kelompok cacing yang tubuhnya berbentuk pipih (platy = pipih, helminthes = cacing). Cacing pipih merupakan hewan triploblastik aselomata. Hewan ini tidak memiliki system peredaran darah dan respirasi, alat pencernaannya tidak sempurna dan alat ekskresinya berupa sel api. Filum Platyhelminthes dikelompokan menjadi 3 kelas yaitu:
a. Kelas Turbellaria (cacing bersilia/berbulu getar)
b. Kelas Trematoda (cacing isap)
c. Kelas Cestoda (cacing pita)
Filum Nemahelminthes
Filum Nemathelminthes merupakan hewan triploblastik pseudoselomata. Nama nemathelminthes berasal dari bahasa yunani (nematos = benang, helminthes = cacing). Anggota kelompok cacing ini memiliki tubuh bulat panjang dan tidak bersegmen. Oleh sebab itu, cacing benang dikenal juga dengan cacing gilik. Pada umumnya permukaan tubuh cacing gilik ditutupi oleh lapisan kutikula.
Filum Annelida
Kata annelida berasal dari bahasa yunani, yaitu annulus yang berarti gelang atau segmen . Jadi , Annelida dapat diartikan sebagai cacing yang bertubuhnya bersegmen-segmen menyerupai cincin/gelang. Filum annelida memiliki tiga lapisan dinding tubuh (triploblastik). Cacing ini memilki sistem peredaran darah tertutup, sistem saraf, sistem pencernaan, sistem reproduksi, sistem ekskresi dan sistem pernapasan. Sisa metabolisme diekskresikan melalui nefridium dan pernapasan biasa dilakukan oleh seluruh permukaan tubuhnya. Filum Annelida dapat dikelompokan menjadi 3 kelas yaitu :
a. Kelas Polychaeta
b. Kelas Oligochaeta
c. Kelas Hirudinea
Filum Mollusca
Nama filum Mollusca berasal dari bahasa latin, mollus berarti lunak. Jadi mollusca berarti hewan yang bertubuh lunak. Mollusca termasuk hewan triploblastik. Filum Mollusca memiliki tubuh lunak, simetri bilateral, dan tidak beruas-ruas. Memiliki mantel yang dapat membuat cangkang dari bahan CaCO3 dan kelenjar lendir. Bersifat kosmopolit, memiliki sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem ekskresi, sistem saraf, sistem reproduksi dan sistem otot. Alat-alat tersebut dibungkus oleh mantel yang terbuat dari jaringan khusus. Filum Mollusca dapat dikelompokkan menjadi 5 kelas yaitu:
a. Kelas Amphineura
b. Kelas Gastropoda
c. Kelas Pelecypoda
d. Kelas Scaphopoda
e. Kelas Cephalopoda
Filum Arthropoda
Nama Filum Arthropoda berasal dari kata arthros = ruas, podos = kaki. Jadi, arthropoda adalah hewan yang memiliki kaki yang beruas-ruas. Arthropoda merupakan hewan triploblastik selomata, tubuhnya simetris bilateral dan terbungkus oleh zat kitin. Arthropoda memiliki sistem pencernaan yang sempurna, sistem peredaran darahnya terbuka, bernafas dengan trakea, insang, paru-paru buku atau melalui seluruh permukaan tubuhnya. Sisa metabolismenya diekskresikan melalui pembuluh malpighi dan reproduksinya dilakukan secara aseksual dan seksual. Arthropoda dikelompokkan menjadi 5 kelas yaitu:
a. Kelas Crustacea
b. Kelas Insecta
c. Kelas Diplopoda
d. Kelas Chilopoda
e. Kelas Arachnida
Filum Echinodermata
Nama Filum Echinodermata berasal dari kata yunani echinos (duri) dan derma (kulit). Jadi, echinodermata berarti hewan yang memiliki kulit berduri. Echinodermata termasuk hewan triploblastik selomata, semua anggotanya hidup di laut. Bentuk tubuhnya pada saat dewasa simetris radial, sedangkan larvanya berupa simetris bilateral. Saluran pencernaan sederhana dan ada beberapa jenis yang tidak memiliki anus. Echinodermata dapat dikelompokkan atas 5 kelas yaitu:
a. Kelas Asteroidea (bintang laut)
b. Kelas Echinoidea (landak laut)
c. Kelas Ophiuroidea (bintang ular)
d. Kelas Crinoidea (lilia laut)
e. Kelas Holothuroidea (mentimun laut atau teripang)
Filum Chordata
Hanya sedikit sekali anggota Filum Chordata yang memiliki notokorda yang tidak tergantikan dengan tulang punggung. Lanselet dan tunikata merupakan contoh chordata invertebrata.


Vertebrata
Vertebrata adalah kelompok hewan yang memiliki tulang belakang mereka umumnya memiliki tubuh simetri bilateral, rangka dalam, dan berbagai alat tubuh.
Vertebrata telah memiliki alat tubuh yang lengkap antara lain adalah sebagai berikut:
a. sistem pencernaan memanjang dari mulut hingga anus.
b. sistem peredaran darah tertutup
c. alat ekskresi berupa ginjal
d. alat pernafasan berupa paru-paru atau insang
e. sepasang alat reproduksi dikanan dan dikiri
f. sistem endokrin yang berfungsi menghasilkan hormon
g. sistem saraf yang terdiri dari sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang) serta susunan saraf tepi (serabut saraf)

Vertebrata dikelompokan atas beberapa kelas:
1. Chondrichthyes, merupakan kelompok ikan bertulang rawan. Mereka antara lain hiu, ikan pari. Kelompok ikan ini memiliki tipe sisik tlakoid dan glanoid.
2. Osteichthyes, merupakan kelompok ikan bertulang sejati. Contoh kelompok ikan tersebut adalah ikan sqalmon dan ikan belut.
3. Amphibia, merupakan kelompok hewan yang dapat hidup diair dan didarat. Larva biasa hidup diair dan bernafas dengan menggunakan insang. Dewasanya hidup didarat dan bernafas dengan paru-paru.
4. Reptilia, merupakan vertebrata pertama yang menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang kering. Mereka dikenal memiliki telur amniotik.
5. Aves, merupakan kelompok hewan yang dikenal sebagai burung. Anggotanya juga menghasilkan elur amniotik, seperti halnya kelompok reptil.
6. Mamalia, merupakan kelompok hewan yang memiliki rambut dan kelenjar mammae (kelenjar susu). Rambut tersebut dapat melindungi diri dari cuaca dingin.

Avertebrata

1. Taksonomi adalah studi teoretis tentang pengkasifikasian atau penggolongan suatu organisme, termasuk dasar-dasar, prinsip-prinsip, prosedur, dan aturan-aturannya. Urutan tingkatan takson adalah, Kingdom, Filum, Kelas, Ordo, Familia, Genus, dan Spesies.
2. Klasifikasi hewan didefinisikan sebagai penggolongan hewan ke dalam kelompok tertentu berdasarkan kekerabatannya, yaitu yang berhubungan dengan kontiguitas (kontak), kemiripan, atau keduanya. Klasifikasi dapat berdasarkan hubungan evolusi, habitat, dan cara hidupnya.
3. Sistematika didefinisikan sebagai studi ilmiah tentang jenis-jenis dan keanekaragaman organisme dan semua kekerabatan di antara organisme tersebut.
4. Keberhasilan reproduksi ditentukan oleh adaptasi tingkah laku, morfologi, atau fisiologi, baik secara langsung atau tidak langsung.
5. Reproduksi pada avertebrata dapat secara seksual atau aseksual. Reproduksi seksual selalu mengikutkan penyatuan materi genetik dari dua genom. Sedangkan reproduksi aseksual adalah reproduksi tanpa terjadinya pembuahan.
6. Pembuahan pada hewan Avertebrata dapat terjadi secara internal (di dalam tubuh) atau eksternal (di luar tubuh).
7. Larva sebagian besar hewan avertebrata bersifat lesitotrofik dan sebagian planktotrofik.
8. Penyebaran larva dari hewan avertebrata yang hidup di perairan tergantung dari berapa lama hewan tersebut dapat mempertahankan thhapan larva dan kecepatan serta arah arus air tempat larva tersebut hidup.
protozoa, porifera, dan Placozoa
Protozoa merupakan hewan bersel tunggal yang berukuran mikroskopis dan bersifat eukariotik. selain berperan penting sebagai produsen dan dekomposer dalam rantai makanan, protozoa juga oapat menyebabkan penyakit ganas pada manusia dan ternak. Reproduksi pada protozoa dapat dilakukan secara seksual maupun aseksual yang meliputi pembelahan biner (blnary lission), pembelahan jamak (multiple fission). pertunasan (budding), dan plasmotomi. Filum Protozoa terdiri atas Subfilum Sarcomastigophora yang berflagela, Sarcodina yang memiliki pseudopodia, sporozoa yang mampu membentuk spora dan o1no1nnyu bersifat parasit, serta Ciliophora yang tubuhnya dikelilingi oleh cilia. Subfilum Sarcodina terbagi menjadi empat kelas utama yaitu Amoebida, Foraminifera, Heliozoa dan Radiolaria.
Filum Porifera tersusun atas hewan-hewan multiseluler primitif yang disebut dengan istilah sepon. Rangka tubuh sepon tersusun atas spikula yang bervariasi bentuknya dan penting sebagai karakter untukldentifikasi dan tclasiRkasi’ Reproduksi pada sepon dapat dilakukan secara aseksual maupun seksual. Sepon bersimbiosis mutualistik dengan Cyanobacteria di mana sepon menyediakan ruangan.bagi Cyanobacteria dan sebaliknya Cyanobacteriu menyediakan oksigen dan nutrien bagi sepon. Porifera tersusun atas kelas Calcarea (sepon sejati, Hexactinelida (sepon gelas), Sclerospongiae, dan Demospongiae,
Filum Placozoa merupakan hewan multislluler yang memiliki bentuk seperti sepon, Tubuh terdiri dari dua lapis sel tanpa organisani yang jelas’ Anggota filum ini hanya satu jenis yang diketahui yaituTrichoplax adhaerens dan hidup di laut.
Radiata: Cnidaria dan Ctenophora
1. Radiata adalah kelompok hewan yang simetri tubuhnya radial dan memiliki lapisan lembaga yang diploblastik (filum Cnidaria) dan triplobalastik (filum Ctenophora).
2. Cnidaria memiliki mulut yang merupakan satu-satunya lubang menuju ke system digesti sehingga hewan-hewan anggota kelompok ini disebut hewan yang bersistem pencernaan tak sempurna. Sistem digesti Cnidaria berbentuk kantung dan biasa disebut selenteron atau rongga gastrovaskuler. Di rongga usus ini, makanan dicerna secara ekstraseluler.
3. Tentakel yang mengelilingi lubang mulut Cnidaria dilengkapi dengan sejumlah sel-sel alat sengat yang disebut nematosis untuk pemangsaan.
4. Filum Cnidaria terdiri atas 4 kelas, ialah Scyphozoa, Cubozoa, Hydrozoa, dan Anthozoa.
5. Dalam daur hidupnya, Cnidaria mengalami metagenesis (pergantian generasi) antara bentuk polip dan bentuk medusa. Pada kelas Scyphozoa dan Cubozoa, bentuk medusa adalah stadium yang utama. Sebaliknya, pada Hydrozoa dan Anthozoa, bentuk polip adalah stadium yang utama; bahkan bentuk medusa tidak dikenal pada Anthozoa.
6. Reproduksi pada hewan Cnidaria dapat melalui cara aseksual (biasanya dengan tunas) dan cara seksual (pembuahan gamet betina oleh gamet jantan).
7. Pada medusa Scyphozoa, gonad berkembang di jaringan gastrodermis. Setelah pembuahan, Scyphozoa mengalami 5 stadium dalam daur hidupnya, ialah planula, skifistoma, strobila, efira, dan medusa. Daur hidup pada Cubozoa mirip Scyphozoa, tetapi stadium strobila (dan tentu saja efira) tidak dilaluinya. Skifistoma dari Cubozoa dapat bertunas untuk memperoleh polip baru atau langsung bermetamorfosis menjadi medusa baru.
8. Mulut dari medusa Hydrozoa disebut manubrium. Lubang mulutnya ditopang oleh velum, suatu jaringan yang berupa membran.
9, Jaringan otot Cnidaria terdapat di lapisan mesoglea. Kontraksi otot di jaringan tersebut menyebabkan hewan ini bergerak.
l0.Berbeda dari Cnidaria, pada Ctenophora tidak dijumpai polimorfisme dan spesies yang berkoloni. Juga, pada setiap sel tubuh Ctenophora dijumpai dua atau lebih silia. Hewan Ctenophora ini bergerak dengan bantuan silia berbentuk barisan sisir-sisir sepanjang poros oral-aboral, dan umumnya berjumlah 8 lajur.
11.Sistem digesti Ctenophora sudah sempurna. Berbeda dari Cnidaria, tentakel Ctenophora yang hanya sepasang ini, dipenuhi oleh sel-sel koloblas.
12.Tidak seperti Cnidaria yang diesis, pada umumnya Ctenophora adalah hewan yang hermafrodit simultan, walaupun ada beberapa anggotanya yang melakukan reproduksi secara aseksual (biasanya melalui fragmentasi).
Acoelomata: Platyhelminthes
l. Filum Platyhelminthes adalah sebuah takson dari kelompok cacing yang betubuh pipih, tidak berongga, triploblastik, dan bersimentri bilateral. Filum ini terdiri atas 3 kelas, ialah Turbellaria, Cestoda, dan Trematoda. Sekitar 80% dari spesies cacing Platyhelminthes bersifat parasitik.
2. Cacing Platyhelminthes tidak memiliki saluran pencernaan yang sempurna dan tidak memiliki organ respirasi maupun sistem sirkulasi.
3. Platyhelminthes.memiliki sistem saraf yang sederhana berupa jaringan saraf yang tersebar.
4. Organ ekskreasi Platyhelminthes berupa ginjal primitif (protonefridia) yang disebut sel api atau sel obor. Organ ini berfungsi menjaga keseimbangan ion dan air, serta membuang sisa-sisa hasil metabolisme.
5. Reproduksi cacing Platyhelminthes bersifat hermafrodit simultan.
6. Daur hidup cacing Platyhelminthes umumnya melalui stadium larva. Larva Muller adalah larva cicing pipih yang hidup bebas di laut, sedangkan mirasidium dan serkaria adalah larva-larva cacing pipih yang hidupnya parasitik.
7. Sebagian besar cacing Platyhelminthes yang hidup bebas (kelas Turbellaria) berhabitat lautan, beberapa spesies hidup di perairan tawar, dan hanya sedikit spesies yang hidup di daratan.
8. Epidermis tubuh cacing pita (kelas Cestoda) disebut tegumen, skoleks yang penuh dengan kait dan batil isap berada di bagian anterior dan rangkaian proglotid di bagian belakangnya. Dalam daur hidupnya, cacing pita ini umumnya memerlukan 2 macam inang : inang utama dan inang perantara.
9. Cacing Platyhelminthes dari kelas Trematoda terbagi menjadi dua kelompok besar : Monogenea dan Digenea. Cacing Monogenea adalah cacing ektoparasit yang tidak membutuhkan inang antara dalam daur hidupnya, sedangkan cacing Digenea adalah cacing endoparasit yang membutuhkan inang perantara sebelum mencapai inang utama.
10. Cacing Platyhelminthes yang bersifat parasitik (Cestoda dan Trematoda) menjadi penyebab penyakit yang ganas pada ternak dan manusia, dan berdampak kerugian ekonomi yang cukup besar.

Acoelomata Minor; Mesozoa, Gnathostomulida, dan Rhynchocoela
l. Mesozoa adalah kelompok hewan bersel banyak yang dalam klasifikasi ditempatkan antara Protista dan Platyhelminthes (Metazoa). Setiap sel tubuh Mesozoa memunculkan dua atau lebih silia.
2. Lapisan lembaga, sistem digesti, sistem sirkulasi, sistem respirasi, ataupun system saraf, tidak dipunyai oleh Mesozoa.
3. Semua anggota kelompok hewan Mesozoa hidupnya parasitik terhadap hewan avertebrata laut lainnya.
4. Daur hidup Mesozoa dari filum Orthonectida melalui stadium plasmodia (bentuk amoeba), sedangkan Mesozoa dari filum Rhombozoa melalui stadium nematogen (bentuk cacing). Hewan Orthonectida melakukan reproduksi secara diesis, sedangkan hewan Rhombozoa adalah hermafrodit simultan.
5. Hewan dari filum Gnathostomulida melakukan reproduksi secara hermafrodit dan pada filum ini tidak dikenal adanya stadium larva.
6. Rhynchocoela bertubuh pipih dorsovental, tak bersegmen, dan memanjang seperti cacing pita. Mereka sudah memiliki sistem digesti yang sempurna, sistem sirkulasi yang sejati, dan melakukan respirasi dengan cara difusi.
7. Rongga tubuh Rhynchocoela dipenuhi oleh sel-sel mesoderm yang membentuk jaringan parenkim; yang tersisa hanyalatr rongga tubuh di bagian anterior yang disebut rinkosel.
8. Rhynchocoela umumnya melakukan reproduksi secara seksual (diesis atau hermafrodit). Larvanya disebut pilidium.
Pseudocoelomata: Nematoda
Nematoda merupakan salah satu anggota pseudocoelomata yang rongga badannya berupa pseudosol. Nematoda yang hidup bebas sebagian besar hidup di laut, perairan tawar, dan di tanah. Bentuk badan yang silindris merupakan adaptasi terhadap lingkungannya, khususnya bagi nematoda yang hidup di sedimen, dan spesies teresfrial yang hidup di lapisan tipis air sekeliling partikel tanah. Sebagian besar nematode merupakan spesies parasit yang penting, misalnya cacing Ancylostoma, Ascaris, Trichinella, dan Trichuris. Bentuk badan yang silindris dengan otot dinding badan longitudinal, kutikula yang elastik, dan tekanan hidrostatik cairan pseudosoelom sangat membantu menimbulkan gerakan undulatori sehingga memudatrkan bergerak bagi nematoda. Perilaku makan pada nematoda melibatkan gerakan otot faring untuk menelan. Gigi atau stilet umumnya terdapat pada nematoda yang karnivor dan nematoda pemakan tumbuhan (herbivor). Sebagian besar nematoda bersifat diesis, fertilisasinya internal, beberapa ada yang hermafrodit dan reproduksinya dengan cara partenogenesis.
Pseudocoelomata Minor
Rotifera adalah termasuk pseudocoelomata yang berukuran mikroskopis. Sebagian besar hidup di perairan tawar, hidup bebas dan ada yang parasit pada avertebrata’ Pada ujung anterior terdapat sekelompok silia yang tersusun dalam lingkaran (korona). Alat pencernaannya yaitu faring mengalami modifikasi sebagai penggiling makanan. Alat kelamin jantan dan betina terpisah, reproduksinya dapat secara seksual dan partenogenesis. Secara partenogenesis, individu betina menghasilkan telur yang dorman Nematomorpha adalah kelompok pseudocoelomata yang secara morfologis mirip dengan nematoda. Bentuk tubuh cacing ini silindris panjang, berukuran makroskopis dengan panjang mencapai 1 m dan lebar tubuhnya kurang dari 1 mm. Secara internal cacing ini pada yang dewasa maupun dewasa muda tidak mempunyai sistem ekskretori, dan nutrisinya hanya diperlukan pada saat berada di dalam tubuh hospes (arthropoda) yaitu dengan absorpsi langsung melalui dinding tubuh, otot dinding tubuhnya hanya mempunyai otot longitudinal. Individu anggota filum Nematomorpha bersifat diesis dan fertili sasinya internal.
Acanthocephala merupakan salah satu kelompok aschelminthes yang semua anggotanya hidup sebagai endoparasit yang memerlukan dua hospes dalam daur ‘hidupnya. Stadium dewasa muda hidup sebagai parasit pada crustasea dan insekta, sedangkan stadium dewasanya hidup di dalam saluran pencernaan vertebrata, khususnya ikan . Pada yang dewasa, tubuhnya dibedakan menjadi tiga bagian yaitu : probosis, leher, dan badan. Tubuh pada umumnya berukuran kecil yaitu hanya mencapai beberapa cm. Individunya bersifat diesis, organ kelamin jantan dan betina terpisah. Reproduksinya dengan cara seksual (kopulasi), dan fertilisasinya internal. Pada umumnya acanthocephala tidak mempunyai sistem ekskretori yang khusus, dinding tubuhnya tidak dilapisi oleh kutikula, dan mempunyai otot sirkular dan longitudinal, sistem sirkulasinya dengan sistem saluran lakuna.
Coelomata (Protostomia): Mollusca
Hewan Mollusca memiliki tubuh yang lunak, bercangkang atau tidak dan diselaputi lendir. Kaki Mollusca terletak di ventral dan dilengkapi otot yang kuat. Bagian anterior tubuh bermodifikasi menjadi kepala. Saluran pencernaan pendek dan terpilin. Sistem sirkulasi tertutup. Sistem ekskresi terdiri atas I – 7 pasang nepridia. Sistem syaraf terdiri atas pasangan serebral, pleural, pedal, dan ganglion viseral. Mollusca bernafas dengan insang atau paru-paru. Reproduksinya monoesis, dioesis atau hermaprodit dengan fertilisasi internal/eksternal. Larva bila ada umumnya berbentuk trokofor. Mollusca hidup pada habitat yang beragam di laut, air payau atau terestrial di air tawar atau daratan. Filum Mollusca dibagi menjadi kelas Monoplacophora, Aplacophora, Polyplacophora, Scaphopoda, Gastropoda, Pelecypoda, dan Cephalopoda. Pembagian tersebuterutama didasarkan pada cangkang dan kaki. Kelas Monoplacophora merupakan Mollusca purba dengan cangkang tunggal berbentuk kerucut. Kelas Aplacophora berbentuk seperti cacing tanpa cangkang, dibagi menjadi ordo Neomenioidea dan Chaetodermatoidea berdasarkan kaki dan sistem reproduksi. Kelas Polyplacophora merupakan Mollusca dengan jumlah cangkang delapan buah, berdasarkan susunan cangkang dibagi menjadi ordo Lepidopleurida dan Chitonida.

Kelas Scapophoda memiliki satu cangkang berbentuk tanduk. Ketiga kelas dari’ Mollusca tersebut seluruhnya hidup di laut. Kelas Gastropoda merupakan Mollusca yang memiliki cangkang tunggal dengan bentuk beragam. Gastropoda dibagi menjadi subkelas Prosobranchia (3 ordo), Opisthobranchia (8 ordo), dan Pulmonata (2 ordo) berdasarkan alat pernafasannya, sedangkan pembagian ke dalam ordo terutama didasarkan pada insang, cangkang, dan letak mata. Gastropoda hidup pada berbagai habitat di laut, air payau, air tawar dan daratan. Kelas Pelecypoda memiliki sepasang cangkang dengan kaki berbentuk seperti kapak. Pembagian kedalam subkelas Palaeotaxodonta (1 ordo), Cryptodonta (1 ordo), Pteriomorpha (2 ordo), Paleoheterodonta (2 ordo), Heterodonta (3 ordo), dan Anomalodesmata (1 ordo) terutama didasarkan pada gigi engsel, sedangkan pembagian ke dalam ordo pada umumnya didasarkan pada otot adduktor, insang, dan sifon. Pelecypoda hidup di perairan laut, payau, dan tawar. Kelas Cephalopoda dicirikan dengan letak kaki di kepala. Cephalopoda dibagi subkelas Nautiloidea, Ammonoidea, dan Coleoidea (5 ordo). Pembagian ke dalam subkelas didasarkan pada ada tidaknya cangkang dan jumlah lengan, sedangkan pembagian ke dalam ordo terutama didasarkan pada letak cangkang dan anatomi mata. Cephalopoda seluruhnya hidup di laut.

Coelomata (hotostomia): Annelida
Filum Annelida merupakan cacing selomata berbentuk gelang yang memiliki tubuh memanjang, simeffi bilatiral, bersegmen, dan permukaannya dilapisi kutikula. Dinding tubuh dilengkapi otot. Memiliki prostomium dan sistem sirkulasi. Saluran pencernaan lengkap. Sistem ekskresi sepasang nephridia di setiap segmen. Sistem syaraf tangga tali. Sisiernrespirasi terdaput puda epidermis. Reproduksi monoesis atau diesis dan larvanya trokofor/veliger. Kebanyut un cacing Annelida hidup akuatik di laut dan terestrial di air tawar atau darat.Filum Annelida dibagi menjadi kelas Polychaeta, Oligochaeta, Archiannelida, dan Hirudinea. pembagian ke dalam kelas terutama didasarkan pada segmentasi tubuh. seta, parapodium, sistem sirkulasi, ada tidaknya batil isap, dan sistem reproduksi’ Kelas iotyct aetu dibagi menjadi kelompok Errantia dan Sedentaria didasarkan pada kesempurnaan bentuk parapodium, siri, ada tidaknya rahang, probosis, bentuk segmen’ aan letat insang. Kelas Oligochaeta dibagi menjadi ordo Plesiopora, Prosotheca, Prosopora, dan Opisthopora berdasarkan alat ekskresi, letak gonofor, dan letak spermateka. Kelas girudinea dibagi menjadi ordo Acanthobdellida, Rhynchobdellida, dnathobdellida, dan Erpobdellida berdasarkan ada tidaknya batil isap dan probosis, serta septum pada segmen tubuh.
Arthropoda
Arthropoda merupakan filum yang memiliki jumlah anggota yang terbanyak, yaitu 75% dari hewan yang telah diketahui sampai saat ini. Dapat ditemukan di setiap ekosistem yang ada di bumi. Tubuhnya memiliki segmen yang disebut tagmatisasi, pada insekta dan crustacean memiliki tiga tagma yang telah terpisah: kepala, dada, dan perut. Tubuh dilapisi oleh kutikula yang mengandung khitin. Jumlah anggota tubuh’(alat gerak) sangat bervariasi tergantung pada kelasnya.
Coelomata Minor
Tardigrada dan Onychophora merupakan filum peralihan antara Annelida dengan Arthropoda. Tubuh dilapisi oleh khitin yang secara periodik mengelupas. Rongga tubuh utama berupa hemocoel. Memiliki anggota gerak (kaki), pada Tardigrada berjumlah 4 pasang, sedangkan pada Onychopora 20 pasang. Tardigrada memiliki kemampuan cryptobiosis, yaitu kemampuan untuk mempertahankan diri dalam lingkungan yang ekstrim, misalnya suhu yang dingin atau kekeringan. Lophophora yang beranggotakan tiga filum (Phoronida, Brachiopoda, dan Bryozoa) memiliki circumoral dan terdapat tentakel di sekitarnya, anus terletak di luar lingkaran mulut tersebut. Sedangkan pada Entoprocta, anus terletak di dalam lingkaran tentakel tersebut. Sebagian besar anggota Lophophora dan Entoprocta hidup sesil menempel pada substrat. Mengambil makanan dengan cara menyaring air atau endapan yang melalui tentakel. Filum Echiura dan Sipuncula berbentuk seperti cacing (vermiform), hidup menetap (sesil) di dasar laut dengan membuat lubang. Cara makan hewan ini dengan menyaring detritus atau deposit yang ada disekitarnya
Coelomata (Deuterostomia): Echinoderma
1. Kelompok Echinodermata memiliki tiga karakteristik yang paling menonjol, yaitu: tubuh yang simetri radial pentamerus, osikel-osikel berkapur (calcareous osicles), sistem peredaran-air (water vascular system).
2. Filum Echinodermata terbagi menjadi 5 kelas, yaitu kelas Asteroidea, kelas Ophiuroidea, kelas Echinoidea, kelas Holothuroidea, dan kelas Crinoidea.
3. Perbedaan ophiuroid dengan asteroid adalah: (1) pada ophiuroid lengan tidak menyatu dengan cakram pusat, (2) struktur lengan lebih padat, (3) tidak memiliki celah ambulakral, papula maupun pediselaria, serta (4) madreporit terletak pada pemukaan oral tubuh.
4. Kelompok Echinoidea memiliki struktur khusus yaitu lentera Aristoteles, yang digunakan sebagai alat kunyah.
5. Kelompok Holothuroidea memiliki kemampuan mengeluarkan organ Tubules of Cuvier sebagai fenomena pertahanan. Selain itu Holothuroidea mampu mengeluarkan organ dalam yang dikenal dengan istilah eviserasi.
6. Krinoid terdiri atas lili laut yang sesil, dan bintang bulu yang hidup bebas. Tubuh krinoid memiliki ciri khas yaitu dengan adanya mahkota pentamerus dan kaliks.
7. Sebagian besar Holothuroidea memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi.
Coelomata (Deuterostomia):minor

1. Hemichordata tidak memiliki notochord, tetapi memiliki dua karakteristik kelompok chordata, yaitu: celah insang (pharyngeal gill slits) dan jalinan syaraf (nerve cord) di daerah dorsal.
2. Filum Hemichordata terbagi menjadi dua kelas yaitu: kelas Enteropneusta dan Fterobranchia.
3. Kelompok hewan dalam kelas Enteropneusta dan Pterobranchia memiliki persamaan dalam pembagian tubuh yaitu terdiri atas 3 bagian: bagian kepala (head/anterior), bagian leher (collar), dan bagian batang tubuh (trunk).
4. Hewan dalam kelas Enteropneusta bersifat diesis dengan fertilisasi eksternal, sedangkan koloni dalam kelas Pterobranchia bersifat diesis dengan fertilisasi internal.
5. Tubuh Chaetognatha (cacing panah) terdiri atas kepala, batang tubuh, dan ekor. Kepala memiliki duri pencengkeram (grasping spines) untuk menangkap mangsa.
6. Chaetognatha bersifat hermafrodit, dan fertilisasi dilakukan secara internal.
7. Filum Pogonophora terdiri atas dua kelompok, pogonophora perviate dan pogonophora obdurate (vestimentiferan) yang dapat dibedakan dari ujung anterior yaitu tentakel. Tentakel-tentakel vestimentiferan tumbuh bergabung dan mengelilingi suatu struktur obturakula, sedangkan tentakel pada perviate tidak bergabung dan tumbuh di bagian lobus sefalik (cephalic lobe).

Chordata Nonvertebrata
1. Chordata nonvertebrata memiliki tiga karakterisrtik hewan insang, jaringan syaraf dorsal, dan notochord. vertebrata, yaitu: celah
2. Filum Chordata nonvertebrata terdiri atas subfilum Urochordata dan Cephalochordata.
3. Subfilum Urochordata terdiri atas 3 kelas yaitu: Ascidiacea yang bersifat bentik, Larvacea, dan Thaliacea yang bersifat planktonik.
4. Cephalochordata secara kolektif dikenal sebagai lanselet dan secara individual dikenal sebagai amphioxus.
5. Amphioxus merupakan peralihan antara avertebrata dan vertebrata, dan memiliki notochord berbentuk sel-sel cakram yang memanjang dari ujung ekor hingga rostrum.

Animalia

Hewan atau binatang atau margasatwa atau satwa saja adalah kelompok organisme yang diklasifikasikan dalam kerajaan Animalia atau Metazoa, adalah salah satu dari berbagai makhluk hidup yang terdapat di alam semesta. Hewan dapat terdiri dari satu sel (uniselular) atau pun banyak sel (multiselular).

Para ilmuwan mengklasifikasikan hewan kepada dua kelompok besar, yaitu hewan bertulang belakang dan hewan tanpa tulang belakang.

* Hewan yang bertulang belakang disebut Vertebrata.
* Hewan tanpa tulang belakang disebut Invertebrata atau Avertebrata.

Hewan juga diklasifikasikan menurut makanan mereka.

* Hewan yang memakan daging dikenal sebagai hewan karnivora. Contoh: anjing, kucing, harimau.
* Hewan yang memakan tumbuhan dikenal sebagai hewan herbivora. Contoh: kambing, kuda.
* Hewan yang memakan daging dan tumbuhan dikenal sebagai hewan omnivora.
* Hewan yang memakan serangga dikenal sebagai hewan insektivora

Berbeda dengan organisme autotrof yang mampu mengubah molekul anorganik menjadi molekul organik, hewan heterotrof harus memasukkan molekul organik yang telah terbentuk. Hal tersebut karena hewan heterotrof tak dapat mengubah molekul anorganik menjadi organik.

Ciri lain dari hewan adalah tidak memiliki dinding sel yang menyokong tubuh dengan kuat seperti yang dimiliki tumbuhan. Keunikan lain dari hewan adalah adanya dua jenis jaringan yang bertanggung jawab atas penghantaran impuls dan pergerakan, yaitu jaringan saraf dan jaringan otot. Di samping itu, sebagian besar hewan bereproduksi secara seksual. Kingdom Animalia memiliki anggota yang begitu banyak macamnya, mempunyai bentuk tubuh dan alat-alat tubuh yang bervariasi. Variasi bentuk tubuh dapat dikategorikan dengan melihat bentuk simetri tubuhnya.

Berdasarkan simetri tubuhnya, ada yang berbentuk simetri radial, ada pula yang berbentuk simetri bilateral. Hewan dengan simetri radial artinya mempunyai bagian tubuh yang tersusun melingkar (lihat Gambar 8.1a). Jika tubuhnya dipotong melalui mulutnya, akan dihasilkan potongan-potongan tubuh dengan bentuk yang sama. Hewan dengan simetri radial ini hanya mempunyai bagian puncak yang disebut sisi oral dan bagian dasar yang disebut sisi aboral. Hewan yang termasuk dalam kelompok ini meliputi Porifera, Coelenterata, dan Echinodermata.

Hewan dengan simetri radial ini, sering disebut juga radiata.

Hewan dengan simetri bilateral artinya bagian tubuhnya tersusun bersebelahan dengan bagian lainnya (lihat Gambar 8.1.b). Dengan demikian, jika hewan tersebut dipotong melalui mulut dan anusnya, kita akan mendapatkan bagian yang sama antara sisi kiri dan sisi kanan. Hewan bersimetri bilateral ini mempunyai sisi atas (dorsal) dan sisi bawah (ventral), sisi kepala atau sisi depan yang disebut anterior dan sisi ekor atau sisi belakang yang disebut posterior.

Ciri-Ciri Morfologi Kingdom Animalia 1

Berdasarkan lapisan tubuh yang menyusunnya, hewan dikelompokkan dalam hewan diploblastik, yaitu hewan yang dibangun oleh dua lapisan lembaga, yaitu ektoderm (epidermis) dan endoderm (gastrodermis), dan hewan triploblastik. Hewan triploblastik mempunyai 3 lapisan lembaga, yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm. Beberapa hewan triploblastik ada yang mempunyai rongga tubuh, tetapi ada juga yang belum mempunyai rongga tubuh. Berdasarkan ada tidaknya rongga tubuh, hewan triploblastik dapat dibedakan menjadi Aselomata, yaitu hewan yang belum mempunyai rongga tubuh, artinya tubuhnya padat tanpa rongga antara usus dan tubuh terluar. Pada hewan semacam ini mesoderm membentuk struktur yang kompak sehingga selom (rongga tubuh) tidak terbentuk. Contoh Aselomata, yaitu Platyhelminthes atau cacing pipih.

Kelompok berikutnya adalah Pseudoselomata. Hewan semacam ini mempunyai rongga tubuh semu, mesodermnya belum membentuk rongga yang sesungguhnya karena mesodermnya belum terbagi menjadi lapisan dalam dan lapisan luar. Rongga yang terbentuk berisi cairan yang memisahkan alat pencernaan dengan dinding tubuh bagian luar. Hewan yang termasuk Pseudoselomata adalah Rotifera dan Nemathelminthes (cacing gilig). Hewan triploblastik lainnya adalah yang sudah mempunyai rongga tubuh yaitu Selomata. Pada hewan semacam ini, mesoderm dipisahkan oleh rongga tubuh yang terbentuk menjadi dua lapisan, yaitu lapisan dalam dan lapisan luar. Kedua lapisan tersebut mengelilingi rongga dan menghubungkan antara dorsal dan ventral membentuk mesenterium. Mesentrium berfungsi sebagai penggantung organ dalam. Hewan Selomata meliputi Annelida sampai Chordata. Untuk lebih memahami penjelasan tentang lapisan-lapisan tubuh dan pembentukan rongga tubuh pada invertebrata dapat dilihat

Ciri-Ciri Morfologi Kingdom Animalia 2

Selanjutnya akan dibahas semua Fila dalam Kingdom Animalia mulai dari filum yang paling sederhana, seperti porifera sampai filum yang paling kompleks susunan tubuhnya, yaitu Chordata.

Keanekaragaman Genetik

Keanekaragaman genetik (genetic diversity) adalah suatu tingkatan biodiversitas yang merujuk pada jumlah total variasi genetik dalam keseluruhan spesies yang mendiami sebagian atau seluruh permukaan bumi yang dapat didiami. Ia berbeda dari variabilitas genetik, yang menjelaskan kecenderungan kemampuan suatu karakter/sifat untuk bervariasi yang dikendalikan secara genetik.

Pada bidang akademik genetika populasi, terdapat beberapa hipotesis dan teori mengenai keanekaragaman genetik. Teori netral evolusi mengajukan bahwa keanekaragaman adalah akibat dari akumulasi substitusi netral. Seleksi pemutus adalah hipotesis bahwa dua subpopulasi suatu spesies yang tinggal di lingkungan yang berbeda akan menyeleksi alel-alel pada lokus tertentu yang berbeda pula. Hal ini dapat terjadi, jika suatu spesies memiliki jangkauan yang luas relatif terhadap mobilitas individu dalam populasi tersebut. Hipotesis seleksi gayut frekuensi menyatakan bahwa semakin umum suatu alel, semakin tidak bugar alel tersebut. Hal ini dapada terlihat pada interaksi inang dengan patogen, di mana frekuensi alel pertahanan yang tinggi pada inang dapat mengakibatkan penyebaran patogen yang luas jika patogen dapat mengatasi alel pertahanan tersebut.

Pentingnya keanekaragaman genetik

Terdapat beberapa cara untuk mengukur keanekaragaman genetika. Sebab-sebab hilangnya keanekaragaman genetika pada hewan juga telah dikaji dan diidentifikasi.Kajian tahun 2007 yang dilakukan oleh National Science Foundation menemukan bahwa keanekaragaman genetik dan keanekaragaman hayati bergantung satu sama lainnya, bahwa keanekaragaman dalam suatu spesies diperlukan untuk menjaga keanekaragaman antar spesies

Sintasan dan adaptasi

Keanekaragaman genetik memainkan peran yang sangat penting dalam sintasan dan adaptabilitas suatu spesies, karena ketika lingkungan suatu spesies berubah, variasi gen yang kecil diperlukan agar spesies dapat bertahan hidup dan beradaptasi. Spesies yang memiliki derajat keanekaragaman genetik yang tinggi pada populasinya akan memiliki lebih banyak variasi alel yang dapat diseleksi. Seleksi yang memiliki sangat sedikit variasi cendering memiliki risiko lebih besar. Dengan sedikitnya variasi gen dalam spesies, reproduksi yang sehat akan semakin sulit, dan keturunannya akan menghadapi permasalahan yang ditemui pada penangkaran sanak.

Relevansi agrikultural

Ketika manusia mulai bercocok tanaman, terdapat usaha penangkaran selektif untuk menurunkan sifat-sifat yang menguntungkan pada tanaman, dan menghilangkan sifat-sifat yang merugikan. Penangkaran selektif ini mengakibatkan monokultur, yakni keseluruhan tumbuhan pada ladang memiliki gen yang hampir identik satu sama lainnya. Keanekaragaman genetik yang rendah tersebut mengakibatkan tanaman sangat rentan terkena serangan pada suatu variasi genetik tertentu dan menghancurkan keseluruhan spesies

Wabah Kelaparan Kentang di Irlandia merupakan contoh akibat dari rendahnya keanekaragaman genetik pada kentang. Karena tanaman kentang yang baru tidak dihasilkan dari reproduksi, melainkan dari bagian tumbuhan induk, tidak ada keanekagraman genetik yang berkembang, dan keseluruhan tanaman kentang dapat dikatakan merupakan hasil kloning dari satu tanaman kentang, sehingga sangat rentan terhadap epidemik. Pada tahun 1840-an, populasi Irlandia kebanyakan bergantung pada kentang sebagai sumber makanan utama. Masyarakat Irlandia pada saat itu menanam varietas kentang yang bernama “lumper”, yang rentan terhadap serangan Phytophthora infestans.Plasmodiophorid ini menghancurkan mayoritas tanaman kentang, dan menyebabkan puluhan ribu orang mati kelaparan.

Mengatasi keanekaragaman genetik yang rendah


Alam memiliki beberapa cara untuk menjaga dan meningkatkan keanekaragaman genetik. Pada plankton, virus membantu proses hanyutan genetik. Virus samudera yang menginfeksi plankton, membawa gen organisme lain selain gen virus itu sendiri. Ketika suatu virus yang mengandung gen lain menginfeksi plankton, tampilan genetik plankton yang terinfeksi akan berubah. Hanyutan secara konstan ini membantu menjaga populasi plankton yang sehat.

Cheetah adalah spesies genting. Keanekaragaman genetik yang sangat rendah dan kualitas sperma yang rendah menyebabkan penangkaran dan keberlangsungan hidup cheetah sangat sulit. Hanya 5% cheetah yang dapat bertahan hidup sampai dewasa. Sekitar 10.000 tahun yang lalu, hampir semua terkeculai spesies jubatus cheetah mati. Spesies ini menghadapi populasi leher botol dan sanah keluarga yang dekat dipaksa untuk saling kawin, ataupun penangkaran sanak. Namun, baru-baru ini ditemukan bahwa cheetah betina dapat kawin dengan lebih dari satu pejantang per satu kelompok anak cheetah. Cheetah betina mengalami induksi ovulsi, yang artinya bahwa ovum baru diproduksi setiap kali cheetah berkawin. Dengan berkawin dengan banyak pejantan, cheetah betina ini akan meningkatkan diversitas genetika dalam suatu kelompok anak cheetah.

Pengukuran keanekaragaman genetik

Keanekaragaman genetika suatu populasi dapat diperkirakan dengan menggunakan beberapa pengukuran sederhana.

* Keanekaragaman gen, adalah proporsi lokus polimorfik diseluruh genom.
* Heterozigositas, adalah jumlah rata-rata individu dengan lokus polimorfik.
* Alel per lokus, juga digunakan untuk mendemonstrasikan variabilitas.

Plantae

Dalam golongan tumbuh-tumbuhan atau pohon-pohonan yang disebut juga kingdom plantae atau kerajaan tumbuh-tumbuhan dapat kita bagi-bagi menjadi beberapa divisi, antara lain adalah :

1. Divisi Thallophyta / Thalopita / Thalophita
Divisi thallophyta adalah tumbukan yang memiliki thalus termasuk diantaranya adalah golongan jamur / fungi, bakteri dan ganggang / alga.

2. Divisi Bryophyta / Briopita / Briophita
Divisi bryophyta meliputi golongan lumut-lumutan

3. Divisi Pteridophyta / Pteridopita / Pteridophita
Divisi pteridophyta meliputi golongan paku-pakuan

4. Divisi Spermatophyta / Spermatopita / Spermatophita
Divisi spermatophyta meliputi golongan tumbuhan berbiji baik tumbuhan berbiji keping satu (monokotil) maupun dua (dikotil)

Berdasarkan morfologi atau susunan tubuh tumbuhan bisa dibedakan lagi atas dua jenis kelompok, yakni :

1. Thallophyta
Definisi Thallophyta : Adalah tumbuhan yang belum memiliki daun, akar dan batang yang jelas.

2. Cormophyta / Kormopita / Kormophita
Denisisi dan Pengertian Cormophita : Adalah tumbuhan yang batang, akar dan daun sudah jelas yang meliputi tiga divisi selain thalophita yaitu bryophita, pteridophita dan spermatophita.

Protista

Protista adalah mikroorganisme eukariota yang bukan hewan, tumbuhan, atau fungus. Mereka pernah dikelompokkan ke dalam satu kerajaan bernama Protista, namun sekarang tidak dipertahankan lagi.Penggunaannya masih digunakan untuk kepentingan kajian ekologi dan morfologi bagi semua organisme eukariotik bersel tunggal yang hidup secara mandiri atau, jika membentuk koloni, bersama-sama namun tidak menunjukkan diferensiasi menjadi jaringan yang berbeda-beda. Dari sudut pandang taksonomi, pengelompokan ini ditinggalkan karena bersifat parafiletik. Organisme dalam Protista tidak memiliki kesamaan, kecuali pengelompokan yang mudah,baik yang bersel satu atau bersel banyak tanpa memiliki jaringan. Protista hidup di hampir semua lingkungan yang mengandung air. Banyak protista, seperti algae, adalah fotosintetik dan produsen primer vital dalam ekosistem, khususnya di laut sebagai bagian dari plankton. Protista lain, seperti Kinetoplastid dan Apicomplexa, adalah penyakit berbahaya bagi manusia, seperti malaria dan tripanosomiasis.

Sejarah Klasifikasi Protista

1. Tahun 1830an, Protista pertama kali diusulkan untuk dipisah dari makhluk hidup lain, oleh pakar biologi Jerman, Georg A. Goldfuss yang memperkenalkan istilah Protozoa yang meliputi Ciliata dan Coral.
2. Tahun 1845, penganut Goldfuss mengembangkannya agar meliputi semua hewan bersel satu seperti Foraminifera dan Amuba.
3. Awal 1860an, istilah Protoctista sebagai kategori klasifikasi pertama kali diusulkan oleh John Hogg, yang menganggap protista harus juga meliputi apa yang dia sebut dengan hewan dan tumbuhan primitif bersel satu. Dia mendefinisikan Protoctista sebagai kingdom keempat setelah tumbuhan, hewan, dan mineral.
4. Kemudian kingdom mineral dibuang oleh Ernst Haeckel, tersisa tumbuhan, hewan, dan protista.
5. Tahun 1938, Herbert Copeland menghidupkan lagi klasifikasi Hogg. Menurutnya, "Protoctista" secara harfiah berarti "makhluk hidup pertama". Dia menyanggah istilah Haeckel protista karena meliputi mikroba tak berinti sel seperti Bakteri, sementara istilah protoctista tidak meliputinya. Sebaliknya, protoctista meliputi eukaryota berinti sel seperti diatom, alga hijau dan fungi.
6. Perombakan besar oleh Copeland ini kemudian menjadi dasar dari klasifikasi Whittaker yang hanya membagi Protoctista menjadi Protista dan Fungi.Kingdom Protista ini kemudian berfungsi sebagai pembeda antara prokaryota yang dimasukkan kingdom Monera, dan mikroorganisma eukaryotik yang dimasukkan Protista definisi Whittaker.
7. Sistem lima kingdom bertahan hingga ditemukannya filogenetik molekular di akhir abad ke-20, karena ternyata protists dan monera tidak ada hubungannya (bukan kelompok monofiletik).

Klasifikasi tradisional

Protista pertama kali diusulkan oleh Ernst Haeckel. Secara tradisional, protista digolongkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan kesamaannya dengan kerajaan yang lebih tinggi yaitu meliputi Protozoa yang menyerupai hewan bersel satu, Protophyta yang menyerupai tumbuhan (mayoritas algae bersel satu), serta jamur lendir dan jamur air yang menyerupai jamur.

Dulu, bakteri juga dianggap sebagai protista dalam sistem tiga kerajaan (Animalia, Plantae termasuk jamur, dan Protista). Namun kemudian bakteri dipisah dari protista setelah diketahui bahwa ia adalah prokariotik.

Protozoa, protista yang menyerupai hewan

Protozoa hampir semuanya protista bersel satu, mampu bergerak yang makan dengan cara fagositosis, walaupun ada beberapa pengecualian. Mereka biasanya berukuran 0,01-0,5 mm sehingga secara umum terlalu kecil untuk dapat dilihat tanpa bantuan mikroskop. Protoza dapat ditemukan di mana-mana, seperti lingkungan berair dan tanah, umumnya mampu bertahan pada periode kering sebagai kista (cyst?) atau spora, dan termasuk beberapa parasit penting. Berdasarkan pergerakannya, protozoa dikelompokkan menjadi:

* Flagellata yang bergerak dengan flagella(rambut cambuk). Contoh: Trypanosoma, Trichomonas
* Amoeboida yang bergerak dengan pseudopodia (kaki semu/kaki akar) yaitu yang berarti setiap kali ia akan bergerak harus membentuk kaki semu sebelum dapat bergerak dan pembentukan kaki ini dinamakan fase gel. Contoh: Amoeba
* Cilliata yang bergerak dengan silia (rambut getar). Contoh: Paramaecium
* Sporozoa yang tidak memiliki alat; beberapa mampu membentuk spora. Contoh: Toxoplasma

Algae, protista yang menyerupai tumbuhan

Algae mencakup semua organisme bersel tunggal maupun banyak yang memiliki kloroplas. Termasuk di dalamnya adalah kelompok-kelompok berikut.

* Alga hijau, yang memiliki relasi dengan tumbuhan yang lebih tinggi (Embryophyta). Contoh: Ulva
* Alga merah, mencakup banyak alga laut. Contoh: Porphyra
* Heterokontophyta, meliputi ganggang coklat, diatom, dan lainnya. Contoh: Macrocystis.

Alga hijau dan merah, bersama dengan kelompok kecil yang disebut Glaucophyta, sekarang diketahui memiliki hubungan evolusi yang dekat dengan tumbuhan darat berdasarkan bukti-bukti morfologi, fisiologi, dan molekuler, sehingga lebih tepat masuk dalam kelompok Archaeplastida, bersama-sama dengan tumbuhan biasa.

Protista yang menyerupai jamur

Beragam organisme dengan organisasi tingkat protista awalnya dianggap sama dengan jamur, sebab mereka memproduksi sporangia. Ini meliputi chytrid, jamur lendir, jamur air, dan Labyrinthulomycetes. Chytrid sekarang diketahui memiliki hubungan dengan Fungi dan biasanya diklasifikasikan dengan mereka. Sementara yang lain sekarang ditempatkan bersama dengan heterokontofita lainnya (yang memiliki selulosa, bukan dinding chitin) atau Amoebozoa (yang tidak memiliki dinding sel).

Klasifikasi modern

Saat ini istilah protist dipakai untuk mengacu pada eukariota bersel satu baik sel independen atau kalaupun berkoloni tidak menunjukkan diferensiasi dalam jaringan.[2] Istilah protozoa dipakai untuk spesies heterotrofik dari protista yang tidak membentuk filamen. Istilah ini tidak dipakai lagi di klasifikasi modern. Klasifikasi modern berupaya menyajikan kelompok monofili berdasarkan ultrastruktur, biokimia, dan genetika. Karena protista adalah parafili sistem seperti itu seringkali memecah atau meninggalkan kingdom tersebut, ketimbang memperlakukan kelompok protista sebagai eukaryota. Beberapa kelompok utama dari protista, yang mungkin diklasifikasikan sebagai fila, disajikan di kotak sebelah kanan. Banyak yang menganggapnya sebagai monofili, meskipun masih belum meyakinkan. Misalnya, Excavata mungkin tidak monofili dan Chromalveolate mungkin monofili jika haptophyta dan cryptomonad dimasukkan.

Metabolisme, reproduksi, dan peranan protista

Flagelata makan menggunakan penyaring, yaitu dengan melewatkan air melalui flagelanya. Protista lain bisa menelan bakteri dan mencernanya secara internal, dengan memanjangkan dinding selnya di sekitar makanannya, untuk membentuk sebuah vakuola makanan. Makanan ini lalu masuk ke dalam sel melalui endositosis (biasanya fagositosis; kadang-kadang pinositosis).

Sebagian protista berkembang biak secara seksual (konjugasi), sementara lainnya secara aseksual (fisi biner). Plasmodium falciparum, memiliki siklus hidup biologis super kompleks yang meliputi berbagai macam makhluk hidup, sebagian bereproduksi seksual, sebagian lain aseksual. Namun, masih belum jelas seberapa seringnya reproduksi seksual menyebabkan pertukaran genetika antar strain yang berbeda dari Plasmodium dan sebagian besar protista parasit adalah clonal line yang jarang melakukan pertukaran gen dengan strain lain.

Beberapa protista adalah patogen terhadap hewan dan tumbuhan. Plasmodium falciparum menyebabkan malaria pada manusia dan Phytophthora infestans menyebabkan hawar daun pada kentang. Pemahaman lebih mendalam tentang protista akan membuat penyakit ini bisa diobati secara efisien.

Peneliti dari Agricultural Research Service memanfaatkan protista sebagai patogen untuk mengendalikan populasi semut api merah (Solenopsis invicta) di Argentina. Dengan bantuan protista penghasil spora seperti Kneallhazia solenopsae populasi semut api merah bisa berkurang 53-100%.Para peneliti berhasil menginjeksikan protista itu ke lalat sebagai perantara untuk membunuh semut api merah, tanpa membahayakan lalat itu

Protistologi

Protistologi adalah disiplin ilmiah yang mempelajari Protista. Juga ada sebuah jurnal bernama Protistology.

Insekta

Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani yang berarti "berkaki enam")

Kajian mengenai peri kehidupan serangga disebut entomologiSerangga termasuk dalam kelas insekta (subfilum Uniramia) yang dibagi lagi menjadi 29 ordo, antara lain Diptera (misalnya lalat), Coleoptera (misalnya kumbang), Hymenoptera (misalnya semut, lebah, dan tabuhan), dan Lepidoptera (misalnya kupu-kupu dan ngengat). Kelompok Apterigota terdiri dari 4 ordo karena semua serangga dewasanya tidak memiliki sayap, dan 25 ordo lainnya termasuk dalam kelompok Pterigota karena memiliki sayap.

Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi Ukuran serangga relatif kecil dan pertama kali sukses berkolonisasi di bumi.

Sejarah

* Keaneka-ragaman serangga telah terdapat pada periode Carboniferous (sekitar 300 juta tahun yang lalu).
* Pada periode Permian (270 juta tahun yang lalu) beberapa kelompok serangga telah menyerupai bentuk yang dijumpai sekarang.
* Sayap pada serangga mungkin pada awalnya berevolusi sebagai perluasan kutikula yang membantu tubuh serangga itu menyerap panas, kemudian baru menjadi organ untuk terbang Pandangan lain menyarankan bahwa sayap memungkinkan hewan itu meluncur dari vegetasi ke tanah, atau bahkan berfungsi sebagai insang dalam serangga akuatik. Hipotesis lain menyatakan bahwa sayap serangga berfungsi untuk berenang sebelum mereka berfungsi untuk terbang.

Kemampuan

* Salah satu alasan mengapa serangga memiliki keanekaragaman dan kelimpahan yang tinggi adalah kemampuan reproduksinya yang tinggi, serangga bereproduksi dalam jumlah yang sangat besar, dan pada beberapa spesies bahkan mampu menghasilkan beberapa generasi dalam satu tahun.[1]
* Kemampuan serangga lainnya yang dipercaya telah mampu menjaga eksistensi serangga hingga kini adalah kemampuan terbangnya.[1] Hewan yang dapat terbang dapat menghindari banyak predator, menemukan makanan dan pasangan kawin, dan menyebar ke habitat baru jauh lebih cepat dibandingkan dengan hewan yang harus merangkak di atas permukaan tanah.

* Umumnya serangga mengalami metamorfosis sempurna, yaitu siklus hidup dengan beberapa tahapan yang berbeda: telur, larva, pupa, dan imago. Beberapa ordo yang mengalami metamorfosis sempurna adalah Lepidoptera, Diptera, Coleoptera, dan Hymenoptera. Metamorfosis tidak sempurna merupakan siklus hidup dengan tahapan : telur, nimfa, dan imago. Peristiwa larva meniggalkan telur disebut dengan eclosion.[rujukan?] Setelah eclosion, serangga yang baru ini dapat serupa atau beberapa sama sekali dengan induknya. Tahapan belum dewasa ini biasanya mempunyai ciri perilaku makan yang banyak .

Pertumbuhan tubuh dikendalikan dengan menggunakan acuan pertambahan berat badan, biasanya dalam bentuk tangga dimana pada setiap tangga digambarkan oleh lepasnya kulit lama (exuvium), dimana proses ini disebut molting [2]. Karena itu pada setiap tahapan, serangga tumbuh sampai dimana pembungkus luar menjadi terbatas, setelah ditinggalkan lagi dan seterusnya sampai sempurna

Ragam

Lebih dari 800.000 spesies insekta sudah ditemukan. Terdapat 5.000 spesies bangsa capung (Odonata), 20.000 spesies bangsa belalang (Orthoptera), 170.000 spesies bangsa kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera), 120.000 bangsa lalat dan kerabatnya (Diptera), 82.000 spesies bangsa kepik (Hemiptera), 360.000 spesies bangsa kumbang (Coleoptera), dan 110.000 spesies bangsa semut dan lebah (Hymenoptera).[2].

Ordo Lepidoptera ketika fase larva memiliki tipe mulut pengunyah, sedangkan ketika imago memiliki tipe mulut penghisap. Adapun habitat dapat dijumpai di pepohonan [2]. Ordo Collembola memiliki ciri khas yaitu memiliki collophore, bagian yang mirip tabung yang terdapat pada bagian ventral di sisi pertama segmen abdomen [2]. Ada beberapa dari jenis ini yang merupakan karnivora dan penghisap cairan [2]. Umumnya Collembolla merupakan scavenger yang memakan sayuran dan jamur yang busuk, serta bakteri, selain itu ada dari jenis ini yang memakan feses Artropoda, serbuk sari, ganggang, dan material lainnya [2]. Ordo Coleoptera memliki tipe mulut pengunyah dan termasuk herbivore. Habitatnya adalah di permukaan tanah, dengan membuat lubang, selain itu juga membuat lubang pada kulit pohon, dan ada beberapa yang membuat sarang pada dedaunan . Ordo Othoptera termasuk herbivora, namun ada beberapa spesies sebagai predator.Tipe mulut dari ordo ini adalah tipe pengunyah. Ciri khas yang dapat dijumpai yaitu sayap depan lebih keras dari sayap belakang.

Ordo Dermaptera mempunyai sepasang antenna, tubuhnya bersegmen terdiri atas toraks dan abdomen. Abdomennya terdapat bagian seperti garpu. Ordo Diplura memiliki mata majemuk, tidak terdapat ocelli, dan tarsinya terdiri atas satu segmen. Habitatnya di daerah terrestrial, dapat ditemukan di bawah batu, di atas tanah, tumpukan kayu, di perakaran pohon, dan di gua. Ordo ini merupakan pemakan humus. Ordo Hemiptera memiliki tipe mulut penusuk dan penghisap. Ada beberapa yang menghisap darah dan sebagian sebagai penghisap cairan pada tumbuhan. Sebagian besar bersifat parasit bagi hewan, tumbuhan, maupun manusia. Ordo ini banyak ditemukan di bagian bunga dan daun dari tumbuhan, kulit pohon, serta pada jamur yang busuk . Ordo Odonata memiliki tipe mulut pengunyah. Umumnya Ordo ini termasuk karnivora yang memakan serangga kecil dan sebagian bersifat kanibal atau suka memakan sejenis. Habitatnya adalah di dekat perairan. Biasanya ditemukan di sekitar air terjun, di sekitar danau, dan pada daerah bebatuan.

Sub kelas Diplopoda memiliki ciri tubuh yang panjang seperti cacing dengan beberapa kaki, beberapa memiliki kaki berjumlah tiga puluh atau lebih, dan segmen tubuhnya menopang dua bagian dari tubuhnya. Hewan jenis ini memiliki kepala cembung dengan daerah epistoma yang besar dan datar pada bagian bawahnya. Habitatnya adalah di lingkungan yang basah, seperti di bawah bebatuan, menempel pada lumut, di perakaran pohon, dan di dalam tanah. Tipe mulutnya adalah pengunyah. Beberapa dari jenis ini merupakan scavenger dan memakan tumbuhan yang busuk, selain itu ada beberapa yang merupakan hama bagi tanaman

Biologi Serangga

Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Fosil-fosilnya dapat dirunut hingga ke masa Ordovicius. Fosil kecoa dan capung raksasa primitif telah ditemukan. Sejumlah anggota Diptera seperti lalat dan nyamuk yang terperangkap pada getah juga ditemukan.

Metamorfosis pada Serangga

Hewan ini juga merupakan contoh klasik metamorfosis. Setiap serangga mengalami proses perubahan bentuk dari telur hingga ke bentuk dewasa yang siap melakukan reproduksi. Pergantian tahap bentuk tubuh ini seringkali sangat dramatis. Di dalam tiap tahap juga terjadi proses "pergantian kulit" yang biasa disebut proses pelungsungan. Tahap-tahap ini disebut instar. Ordo-ordo serangga seringkali dicirikan oleh tipe metamorfosisnya.

Morfologi Serangga

Secara morfologi, tubuh serangga dewasa dapat dibedakan menjadi tiga bagian utama, sementara bentuk pradewasa biasanya menyerupai moyangnya, hewan lunak beruas mirip cacing. Ketiga bagian tubuh serangga dewasa adalah kepala (caput), dada (thorax), dan perut (abdomen).

Peran serangga

Banyak serangga yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya yaitu sebagai organisme pembusuk dan pengurai termasuk limbah, sebagai objek estetika dan wisata, bermanfaan pada proses penyerbukan maupun sebagai musuh alami hama tanaman, pakan hewan (burung) yang bernilai ekonomi tinggi, penghasil madu (dari genus Apis) dll

Alga Hijau

Alga hijau adalah kelompok alga berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Dalam taksonomi, semula semua alga yang tampak berwarna hijau dimasukkan sebagai salah satu kelas dalam filum/divisio Thallophyta, yaitu Chlorophyceae. Pengelompokan ini sekarang dianggap tidak valid karena ia tidak monofiletik, setelah diketahui bahwa tumbuhan merupakan perkembangan lanjutan dari anggota masa lalunya. Sebagai konsekuensi, alga hijau sekarang terdiri dari dua filum: Chlorophyta dan Charophyta, yang masing-masing monofiletik.

Anggota alga hijau ada yang bersel tunggal dan ada pula yang bersel banyak, berwujud berkas, lembaran, atau membentuk koloni. Spesies alga hijau yang bersel tunggal ada yang dapat berpindah tempat, tetapi ada pula yang menetap.

Sel-sel alga hijau bersifat eukariotik (materi inti dibungkus oleh membran inti). Pigmen klorofil terdapat dalam jumlah terbanyak sehingga alga ini berwarna hijau, pigmen lain yang dimiliki adalah karotena dan xantofil. Komposisi ini juga dimiliki oleh sel-sel tumbuhan modern.

Klorofil dalam pigmen lain terdapat dalam kloroplas yang bentuknya bermacam-macam antara lain mangkuk, gelang, pita spiral, jala dan bintang. Di dalam kloroplas terdapat butiran padat yang disebut pirenoid yang berfungsi untuk pembentukan tepung.

Alga hijau merupakan golongan terbesar di antara alga dan kebanyakan hidup di air tawar. Sebagian lagi hidup di darat, di tempat yang lembab, di atas batang pohon, dan di laut.

Beberapa genus dari alga hijau mempunyai alat gerak berupa flagel dan bintik mata (stigma)

Perkembangbiakan

Kelompok alga hijau berkembangbiak secara:

* Vegetatif (aseksual), yaitu:
o pembelahan sel
o fragmentasi
o pemisahan koloni
o pembentukan spora
* Generatif (seksual), yaitu:
o isogami
o anisogami
o oogami

Beberapa contoh alga hijau

* Bersel tunggal
o Chlamydomonas
o Chlorococcum
o Chlorella
o Euglena viridis
* Berbentuk koloni
o Volvox
o Hydrodictyon
o Scenedesmus
o Pediastrum
o Dictyosphaerium
* Berbentuk berkas
o Spirogyra
o Ulothrix
o Oedogonium
o Derbesia
o Zygnema
* Berbentuk lembaran atau tumbuhan tinggi
o Ulva
o Halimeda
o Chara
o Nitella

Alga

Alga (jamak Algae) adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki "organ" seperti yang dimiliki tumbuhan (akar, batang, daun, dan sebagainya). Karena itu, alga pernah digolongkan pula sebagai tumbuhan bertalus.

Istilah ganggang pernah dipakai bagi alga, namun sekarang tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan kekacauan arti dengan sejumlah tumbuhan yang hidup di air lainnya, seperti Hydrilla.

Dalam taksonomi yang banyak didukung para pakar biologi, alga tidak lagi dimasukkan dalam satu kelompok divisi atau kelas tersendiri, namun dipisah-pisahkan sesuai dengan fakta-fakta yang bermunculan saat ini. Dengan demikian alga bukanlah satu kelompok takson tersendiri.

Kelompok-kelompok alga

Dalam pustaka-pustaka lama, alga selalu gagal diusahakan masuk dalam satu kelompok, baik yang bersel satu maupun yang bersel banyak. Salah satu contohnya adalah pemisahan alga bersel satu (misalnya Euglena ke dalam Protozoa) dari alga bersel banyak (ke dalam Thallophyta). Belakangan disadari sepenuhnya bahwa pengelompokan sebagai satu klad tidak memungkinkan bagi semua alga, bahkan setelah dipisahkan berdasarkan organisasi selnya, karena sebagian alga bersel satu lebih dekat berkerabat dengan alga bersel banyak tertentu.

Saat ini, alga hijau dimasukkan ke dalam kelompok (klad) yang lebih berdekatan dengan semua tumbuhan fotosintetik (membentuk klad Viridiplantae). Alga merah merupakan kelompok tersendiri (Rhodophycophyta atau Rhodophyceae); demikian juga alga pirang (Phaeophycophyta atau Phaeophyceae) dan alga keemasan (Chrysophyceae).

Alga prokariotik

Alga biru-hijau kini dimasukkan sebagai bakteri sehingga dinamakan Cyanobacteria ("bakteri biru-hijau", dulu disebut Cyanophyceae, "alga biru-hijau") Dengan demikian, sebutan "alga" menjadi tidak valid. Cyanobacteria memiliki struktur sel prokariotik seperti halnya bakteri, namun mampu melakukan fotosintesis langsung karena memiliki klorofil. Sebelumnya, alga ini bersama bakteri masuk ke dalam kerajaan Monera. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya diketahui bahwa ia lebih banyak memiliki karakteristik bakteri sehingga dimasukkan ke dalam kelompok bakteri benar (Eubacteria). Sebagai tambahan, beberapa kelompok organisme yang sebelumnya dimasukkan sebagai bakteri, sekarang malah dipisahkan menjadi kerajaan tersendiri, Archaea.

Alga eukariotik
Diagram yang menggambarkan teori mengenai evolusi alga (dan tumbuhan) masa kini yang banyak didukung.

Jenis-jenis alga lainnya memiliki struktur sel eukariotik dan mampu berfotosintesis, entah dengan klorofil maupun dengan pigmen-pigmen lain yang membantu dalam asimilasi energi.

Dalam taksonomi paling modern, alga-alga eukariotik meliputi filum/divisio berikut ini. Perlu disadari bahwa pengelompokan semua alga eukariotik sebagai Protista dianggap tidak valid lagi karena sebagian alga (misalnya alga hijau dan alga merah) lebih dekat kekerabatannya dengan tumbuhan daripada eukariota bersel satu lainnya.

* Archaeplastida : Regnum Viridiplantae atau Plantae (tumbuhan):
o Filum Chlorophyta (alga hijau)
o Filum Charophyta (alga hijau berkarang)
* Archaeplastida : Regnum incertae sedis
o Filum Rhodophyta (alga merah)
* Archaeplastida : Regnum incertae sedis
o Filum Glaucophyta

* Superregnum Cabozoa: Regnum Rhizaria:
o Filum Cercozoa
+ Kelas Chlorarachnia
* Superregnum Cabozoa: Regnum Excavata:
o Filum Euglenozoa

* Regnum Chromalveolata: Superfilum Chromista
o Filum Heterokontophyta (atau Heterokonta)
+ Kelas Bacillariophyceae (Diatomae)
+ Kelas Axodina
+ Kelas Bolidomonas
+ Kelas Eustigmatophyceae
+ Kelas Phaeophyceae (alga coklat)
+ Kelas Chrysophyceae (alga keemasan)
+ Kelas Raphidophyceae
+ Kelas Synurophyceae
+ Kelas Xanthophyceae (alga pirang)
o Filum Cryptophyta
o Filum Haptophyta
* Regnum Chromalveolata: Superfilum Alveolata
o Filum Dinophyta (atau Dinoflagellata)

Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku (atau paku-pakuan, Pteridophyta atau Filicophyta), adalah satu divisio tumbuhan yang telah memiliki sistem pembuluh sejati (kormus) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksinya. Alih-alih biji, kelompok tumbuhan ini masih menggunakan spora sebagai alat perbanyakan generatifnya, sama seperti lumut dan fungi.

Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (gurun). Total spesies yang diketahui hampir 10.000 (diperkirakan 3000 di antaranya tumbuh di Indonesia), sebagian besar tumbuh di daerah tropika basah yang lembab. Tumbuhan ini cenderung tidak tahan dengan kondisi air yang terbatas, mungkin mengikuti perilaku moyangnya di zaman Karbon, yang juga dikenal sebagai masa keemasan tumbuhan paku karena merajai hutan-hutan di bumi. Serasah hutan tumbuhan pada zaman ini yang memfosil sekarang ditambang orang sebagai batu bara.

Morfologi

Bentuk tumbuhan paku bermacam-macam, ada yang berupa pohon (paku pohon, biasanya tidak bercabang), epifit, mengapung di air, hidrofit, tetapi biasanya berupa terna dengan rizoma yang menjalar di tanah atau humus dan ental (bahasa Inggris frond) yang menyangga daun dengan ukuran yang bervariasi (sampai 6 m). Ental yang masih muda selalu menggulung (seperti gagang biola) dan menjadi satu ciri khas tumbuhan paku. Daun pakis hampir selalu daun majemuk. Sering dijumpai tumbuhan paku mendominasi vegetasi suatu tempat sehingga membentuk belukar yang luas dan menekan tumbuhan yang lain.

Daur hidup (metagenesis)

Daur hidup tumbuhan paku mengenal pergiliran keturunan, yang terdiri dari dua fase utama:gametofit dan sporofit. Tumbuhan paku yang mudah kita lihat merupakan bentuk fase sporofit karena menghasilkan spora. Bentuk generasi fase gametofit dinamakan protalus (prothallus) atau protalium (prothallium), yang berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar (tetapi memiliki rizoid sebagai penggantinya), tidak berbatang, tidak berdaun. Prothallium tumbuh dari spora yang jatuh di tempat yang lembab. Dari prothallium berkembang anteridium (antheridium, organ penghasil spermatozoid atau sel kelamin jantan) dan arkegonium (archegonium, organ penghasil ovum atau sel telur). Pembuahan mutlak memerlukan bantuan air sebagai media spermatozoid berpindah menuju archegonium. Ovum yang terbuahi berkembang menjadi zigot, yang pada gilirannya tumbuh menjadi tumbuhan paku baru.

Tumbuhan berbiji (Spermatophyta) juga memiliki daur seperti ini tetapi telah berevolusi lebih jauh sehingga tahap gametofit tidak mandiri. Spora yang dihasilkan langsung tumbuh menjadi benang sari atau kantung embrio.

Klasifikasi

Secara tradisional, Pteridophyta mencakup semua kormofita berspora, kecuali lumut hati, lumut tanduk, dan tumbuhan lumut. Selain paku sejati (kelas Filicinae), termasuk di dalamnya paku ekor kuda (Equisetinae), rane dan paku kawat (Lycopodiinae), Psilotum (Psilotinae), serta Isoetes (Isoetinae). Sampai sekarang pun ilmu yang mempelajari kelompok-kelompok ini disebut pteridologi dan ahlinya disebut pteridolog.

Smith et al. (2006)[1] mengajukan revisi yang cukup kuat berdasarkan data morfologi dan molekular. Berdasarkan klasifikasi terbaru ini, Lycophyta (rane, paku kawat, dan Isoetes) merupakan tumbuhan berpembuluh yang pertama kali terpisah dari yang lain, sedangkan paku-pakuan serta tumbuhan berbiji berada pada kelompok lain. Selanjutnya terlihat bahwa semua kormofita berspora yang tersisa tergabung dalam satu kelompok besar, yang layak dikatakan sebagai anggota divisio tumbuhan paku (Pteridophyta). Dari hasil revisi ini juga terlihat bahwa sejumlah paku-pakuan yang dulu dianggap sebagai paku primitif (seperti Psilotum) ternyata lebih dekat berkerabat dengan paku tunjuk langit (Helminthostachys), sementara paku ekor kuda (Equisetum') sama dekatnya dengan paku sejati terhadap Marattia.

Dengan demikian, berdasarkan klasifikasi baru ini, tumbuhan paku dapat dikelompokkan sebagai berikut.

Divisio: Lycophyta
dengan satu kelas: Lycopsida.

Divisio: Pteridophyta
dengan empat kelas monofiletik:

* Psilotopsida, mencakup Ophioglossales.
* Equisetopsida
* Marattiopsida
* Polypodiopsida (=Pteridopsida, Filicopsida)

Divisi terakhir ini mencakup semua tumbuhan yang biasa dikenal sebagai paku sejati atau paku benar. Berikut adalah klasifikasi lengkap menurut Smith et al. (2006):

Kelas Psilotopsida

Bangsa Ophioglossales

Suku Ophioglossaceae (termasuk Botrychiaceae, Helminthostachyaceae)

Bangsa Psilotales

Suku Psilotaceae (termasuk Tmesipteridaceae)

Kelas Equisetopsida [=Sphenopsida]

Bangsa Equisetales

Suku Equisetaceae

Kelas Marattiopsida

Bangsa Marattiales

Suku Marattiaceae (termasuk Angiopteridaceae, Christenseniaceae, Danaeaceae, Kaulfussiaceae)

Kelas Polypodiopsida [=Filicopsida, Pteridopsida]

Bangsa Osmundales

Suku Osmundaceae

Bangsa Hymenophyllales

Suku Hymenophyllaceae (termasuk Trichomanaceae)

Bangsa Gleicheniales

Suku Gleicheniaceae (termasuk Dicranopteridaceae, Stromatopteridaceae)
Suku Dipteridaceae (termasuk Cheiropleuriaceae)
Suku Matoniaceae

Bangsa Schizaeales

Suku Lygodiaceae
Suku Anemiaceae (termasuk Mohriaceae)
Suku Schizaeaceae

Bangsa Salviniales (paku air)

Suku Marsileaceae (termasuk Pilulariaceae)
Suku Salviniaceae (termasuk Azollaceae)

Bangsa Cyatheales (paku pohon)

Suku Thyrsopteridaceae
Suku Loxomataceae
Suku Culcitaceae
Suku Plagiogyriaceae
Suku Cibotiaceae
Suku Cyatheaceae (termasuk Alsophilaceae, Hymenophyllopsidaceae)
Suku Dicksoniaceae (termasuk Lophosoriaceae)
Suku Metaxyaceae

Bangsa Polypodiales

Suku Lindsaeaceae (termasuk Cystodiaceae, Lonchitidaceae)
Suku Saccolomataceae
Suku Dennstaedtiaceae (termasuk Hypolepidaceae, Monachosoraceae, Pteridiaceae)
Suku Pteridaceae (termasuk Acrostichaceae, Actiniopteridaceae, Adiantaceae, Anopteraceae, Antrophyaceae, Ceratopteridaceae, Cheilanthaceae, Cryptogrammaceae, Hemionitidaceae, Negripteridaceae, Parkeriaceae, Platyzomataceae, Sinopteridaceae, Taenitidaceae, Vittariaceae)
Suku Aspleniaceae
Suku Thelypteridaceae
Suku Woodsiaceae (termasuk Athyriaceae, Cystopteridaceae)
Suku Blechnaceae (termasuk Stenochlaenaceae)
Suku Onocleaceae
Suku Dryopteridaceae (termasuk Aspidiaceae, Bolbitidaceae, Elaphoglossaceae, Hypodematiaceae, Peranemataceae)
Suku Lomariopsidaceae (termasuk Nephrolepidaceae
Suku Tectariaceae
Suku Oleandraceae
Suku Davalliaceae
Suku Polypodiaceae (termasuk Drynariaceae, Grammitidaceae, Gymnogrammitidaceae, Loxogrammaceae, Platyceriaceae, Pleurisoriopsidaceae)

Tumbuhan Lumut

Tumbuhan lumut merupakan sekumpulan tumbuhan kecil yang termasuk dalam divisio Bryophyta (dari bahasa Yunani bryum, "lumut").

Tumbuhan ini sudah menunjukkan diferensiasi tegas antara organ penyerap hara dan organ fotosintetik namun belum memiliki akar dan daun sejati. Kelompok tumbuhan ini juga belum memiliki pembuluh sejati. Alih-alih akar, organ penyerap haranya adalah rizoid (harafiah: "serupa akar"). Daun tumbuhan lumut dapat berfotosintesis. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan pelopor, yang tumbuh di suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh. Ini terjadi karena tumbuhan lumut berukuran kecil tetapi membentuk koloni yang dapat menjangkau area yang luas. Jaringan tumbuhan yang mati menjadi sumber hara bagi tumbuhan lumut lain dan tumbuhan yang lainnya.

Dalam bahasa sehari-hari, istilah "lumut" dapat merujuk pada beberapa divisio. Klasifikasi lama pun menggabungkan pula lumut hati dan lumut tanduk ke dalam Bryophyta, sehingga di dalam Bryophyta terangkum lumut tanduk, lumut hati, dan lumut sejati (Musci). Namun, perkembangan dalam taksonomi tumbuhan menunjukkan bahwa penggabungan ini parafiletik, sehingga diputuskan untuk memisahkan lumut hati dan lumut tanduk ke luar dari Bryophyta. Di dunia terdapat sekitar 4.000 spesies tumbuhan lumut (termasuk lumut hati), 3.000 di antaranya tumbuh di Indonesia[1]. Kebun Raya Cibodas di Jawa Barat memiliki "taman lumut" yang mengoleksi berbagai tumbuhan lumut dan lumut hati dari berbagai wilayah di Indonesia dan dunia.

Pergiliran keturunan

Tumbuhan lumut mengalami pergiliran keturunan dalam daur hidupnya. Apa yang dikenal orang sebagai tumbuhan lumut merupakan tahap gametofit (tumbuhan penghasil gamet) yang haploid (x = n). Dengan demikian, terdapat tumbuhan lumut jantan dan betina karena satu tumbuhan tidak dapat menghasilkan dua sel kelamin sekaligus.

Sel-sel kelamin jantan (sel sperma) dihasilkan dari anteridium dan sel-sel kelamin betina (sel telur atau ovum) terletak di dalam arkegonium. Kedua organ penghasil sel kelamin ini terletak di bagian puncak dari tumbuhan. Anteridium yang masak akan melepas sel-sel sperma. Sel-sel sperma berenang (pembuahan terjadi apabila kondisi lingkungan basah) menuju arkegonium untuk membuahi ovum.

Ovum yang terbuahi akan tumbuh menjadi sporofit yang tidak mandiri karena hidupnya disokong oleh gametofit. Sporofit ini diploid (x = 2n) dan berusia pendek (3-6 bulan untuk mencapai tahap kemasakan). Sporofit akan membentuk kapsula yang disebut sporogonium pada bagian ujung. Sporogonium berisi spora haploid yang dibentuk melalui meiosis. Sporogonium masak akan melepaskan spora. Spora tumbuh menjadi suatu berkas-berkas yang disebut protonema. Berkas-berkas ini tumbuh meluas dan pada tahap tertentu akan menumbuhkan gametofit baru.

Peran tumbuhan lumut dalam ekosistem

Tumbuhan lumut memiliki peran dalam ekosistem sebagai penyedia oksigen, penyimpan air (karena sifat selnya yang menyerupai spons), dan sebagai penyerap polutan.

Tumbuhan ini juga dikenal sebagai tumbuhan perintis, mampu hidup di lingkungan yang kurang disukai tumbuhan pada umumnya

Manfaat tumbuhan lumut

Beberapa tumbuhan lumut dimanfaatkan sebagai ornamen tata ruang. Beberapa spesies Sphagnum dapat digunakan sebagai obat kulit dan mata.

Tumbuhan lumut yang tumbuh di lantai hutan hujan membantu menahan erosi, mengurangi bahaya banjir, dan mampu menyerap air pada musim kemarau

Gangang Biru

1. Ciri –ciri :
a. Bersel tunggal ( Uniseluler ), ada pula yang berkoloni.
b. Memiliki klorofil, karotenoid serta pigmen fikobilin yang terdiri dari
fikosianin dan fikoeritrin.
c. Dinding sel mengandung peptida, hemiselulosa dan selulose,
kadang – kadang berlendir.
d. Inti sel tidak memiliki membran ( prokariotik)

2. Reproduksi
a. Pembelahan sel
Sel membelah menjadi 2 yang saling terpisah sehingga membentuk sel – sel tunggal, pada beberapa generasi sel – sel membelah searah dan tidak saling terpisah sehingga membentuk filamen yang terdiri atas deretan mata rantai sel yang disebut trikom. Tempat – tempat tertentu dari filamen baru setelah mengalami dormansi ( istirahat yang panjang ). Heterokist dapat mengikat nitrogen bebas di udara contoh pada Gleocapsa. Heterokist adalah sel yang pucat, kandungan selnya terlihat homogen (terlihat dengan mikroskop cahaya) dan memiliki dinding yang transparan. Heterokist terbentuk oleh penebalan dinding sel vegetatif. Sedangkan akinet terbentuk dari penebalan sel vegetatif sehingga menjadi besar dan penuh dengan cadangan makanan (granula cyanophycin) dan penebalan-penabalan eksternal oleh tambahan zat yang kompleks.


b. Fragmentasi
Fragmentasi adalah cara memutuskan bagian tubuh tumbuhan yang kemudian membentuk individu baru. Fragmentasi terutama terjadi pada Oscillatoria. Pada filamen yang panjang bila salah satu selnya mati maka sel mati itu membagi filamen
menjadi 2 bagian atau lebih. Masing – masing bagian disebut hormogonium. Fragmentasi juga dapat terjadi dari pemisahan dinding yang berdekatan pada trikom atau karena sel yang mati yang mngkin menjadi potongan bikonkaf yang terpisah atau necridia. Susunan hormogonium mungkin meliputi kerusakan transeluler.

c. Spora
Pada keadaan yang kurang menguntungkan Cyanobacteria akan membentuk spora yang merupakan sel vegetatif. Spora membesar dan tebal karena penimbunan zat makanan.

3.Klasifikasi
Cyanophyceae termasuk dalam kingdom Monera, divisi cyanophyta Cyanophyceae dibedakan dalam 3 ordo berdasarkan bisa tidaknya membentuk spora yaitu : ordo Chroococcales, Chamaesiphonales, dan Hormogonales.

a. Ordo Chroococcales
Berbentuk tunggal atau kelompok tanpa spora, warna biru kehijau – hijauan. Umumnya alga ini membentuk selaput lendir pada cadas atau tembok yang basah. Setelah pembelahan sel – sel tetap bergandengan dengan perantaraan lendir tadi dan dengan demikian terbentuk kelompok – kelompok atau koloni contoh spesies dari ordo chroococcales :
1. Chrococcus
Organisme uniseluler atau berkelompok dalam bentuk agregat dari 2 atau 4 sel hal ini disebabkan
Karena kegagalan dari hasil pembelahan sel untuk berpisah dengan cepat. Hasil pembelahan sel dari Chrococcus berbentuk setangah bola, sedangkan Gleocapsa berbentuk bulatan atau memiliki kutub.
2. Gleocapsa

Berbentuk bulat memanjang dan dikelilingi oleh membran dengan beberapa generasi sel yang terdapat di dalamnya. Membran kadang – kadang ada yang berpigmen. Gleocapsa terdapat pada batuan yang lembab atau pada air



3. Anacystis
Bentuknya bulat silindris, menuju bentuk basil dan mengalami pembelahan secara transversal. Setiap individu dikelilingi oleh membran yang lembut. Sel mungkin terdapat di dalam matriks.
4. Merismopedia
Sel tersusun atas matriks di dalam sebuah lapisan tunggal yang tipis dan berliku yang dipelihara dan tumbuh dari pembelahan sel dalam 2 arah. Spesies ini mungkin berentuk plenkton atau epipelic dan terdapat dalam air yang tenang. Reproduksi dari bentuk koloni adalah dengan cara fragmentasi.
5. Eucapsis
Pembelahan sel kearah 3 garis tegak lurus dan membentuk sarkinoid. Reproduksi dengan cara fragmentasi.
6. Coelosphaerium
Koloni berbentuk bulatan yang irreguler tersusun oleh matriks yang berkoloni pada bagian tepi. Sel berwarna hijau – biru atau mungkin gelap dan terisi oleh gelembung gas. Coelosphaerium sering terdapat pada plankton.
7. Mycrocystis
Koloni berbentuk bulatan atau tidak beraturan. Sel dari Mycrocystis disebarkan merata oleh kumpulan matriks. Mereka sering berwarna hitam atau merah karena adanya kandungan gelembung gas. Mycrocystis adalah plankton yang keras, ini bukti bahwa Mycrocystis biasanya menyebabkan luapan air dan mensekresikan zat penghambat bagi ganggang lainnya.


b.Ordo Chamaesiphonales
Alga bersel tunggal atau merupakan koloni berbentuk benang yang mempunyai spora. Benang – benang itu dapat putus – putus merupakan hormogonium yang dapat merayap dan merupakan koloni baru. Spora terbentuk dari isi sel ( endospora ) setelah keluar dari sel induknya spora
dapat menjadi tumbuhan baru.

Ordo Chamaesiphonales dibagi menjadi 3 famili yaitu :
1. Famili Pleurocapcaceae
a. Xenococcus
Bulatan sel dari Xenococcus menempel pada filamen alga, mereka mengalami pembelahan
anticlinal untuk meningkatkan ukuran dari koloni. Setiap sel dapat memproduksi banyak
endospora dan disebut baeocyt yang membedakan mereka dari spora bakteri. Endospora dari beberapa ganggang hijau – biru mungkin bersifat motil untuk periode yang singkat.
b.Hyella
Cabang trikom dari Hyella tumbuh dari desmoschsis yang hidup dalam cangkang kalkareus atau bersama ganggang lainnya. Filamen besal mungkin menjadi pluriseriata. Banyak sel mungkin terbagi dalam bentuk endospora.
2. Famili Dermocarpaceae
Pembelahan sel vegetatif menjadi 2 bagian sel yang sama mungkin terjadi dalam anggota famili ini. Contoh spesiesnya antara
lain :
Dermocarpa
Selnya berbentuk bulat hingga ramping atau pyriform dan tumbuh terikat pada substrat dalam kelompok. Reproduksi diselesaikan sendiri oleh endospora yang mungkin berkembang dalam jumlah besar dengan sel vegetatif
3. Famili Chamoesiphonaceae
Contoh spesies ini adalah : Chamaesiphon
Persebarannya luas dan umumnya epifit. Berada pada tanaman angiospermae aquatik, lumut , dan ganggang khususnya Chladophora dan pada tanaman dewasa, protoplast pada kutub distal membentuk sebuah rantai spora yang disebut exospora.

c.Ordo Hormogonales
Sel – selnya merupakan koloni berbentuk benang atau diselubungi suatu membran. Benang – benang itu melekat pada substratnya, tidak bercabang, jarang mempunyai percabangan sejati, lebih sering mempunyai percabangan semu. Benang – benang itu selalu dapat membentuk hormogonium.

Ordo Hormogonales dibagi menjadi 5 famili yaitu:
1. Famili Oscillatoriaceae
Hidup dalam air atau di atas tanah yang basah, sel – selnya bulat, merupakan benang – benang dan akhirnya membentuk koloni yang berlendir. Pada jarak jarak tertentu pada benang – benang itu terdapat sel – sel yang dindingnya tebal, kehilangan zat warna yang berguna untuk asimilasi, hingga kelihatan kekuning – kuningan dan dinamakan heterokista. Heterokista ini dalam keadaan khusus dapat tumbuh menjadi benang baru tetapi fungsinya belum dikenal dan biasanya lekas mati.
Contoh spesies ini yaitu :
a. Oscillatoria
Trikom dari Oscillatoria berbentuk silindris dan tidak bercabang. Mereka hanya mempunyai satu membran. Trikom sering berada di massa pelampung atau bagian mengkilap pada tanah lembab. Selnya pendek dan lebar kecuali untuk sel ujungnya yang mungkin tertutup dan tipis. Trikom dari oscillatoria menunjukkan pertumbuhan meluncur, rotasi dan gerakan oscillatori. Reproduksi dilakukan oleh hormogonia.
b. Spirullina
Ganggang ini mengandung kadar protein yang tinggi sehingga dijadikan sumber makanan. Spirullina mampu menghasilkan karbohidrat dan senyawa organik lain yang sangat diperlukan oleh tubuh, juga menghasilkan protein yang cukup tinggi.
c. Mycrocaleus
Berkas dari trikom kadang – kadang menggulung satu sama lain berada pada membran
yang sama. Trikom menonjol keluar dari pucuk membran. Dinding terluar dari ujung sel menebal. Beberapa spesies Mycrocaleus hidup pada air tawar, laut dan juga pada pasir yang lembab
2.Famili Nostocaceae
Trikom tidak bercabang dan heterokist dan akinet terdapat pada organisme dewasa. Heterokist mungkin bersambung atau interkalar. Contoh spesies ini yaitu :
a. Nostoc
Nostoc lebih umum hidup pada terestrial / sub aerial daripada aquatik. Persebarannya luas pada tanah alkali dan pada batuan lembab. Agregat gelatin dari filamen mempunyai jeli. Trikom dikelilingi oleh lapisan tunggal dan pada organisme dewasa terdapat kumpulan matriks. Sel seperti manik –manik mengalami pembelahan sel secara rata yang meningkatkan panjang dari bentuk trikom.membran mungkin kuning tau kecoklatan.
b. Anabaena
Sebagian besar spesies anabaena bersifat aquatik dan beberapa bersifat planktonik.trikom dewasa dari Anabaena

menghasilkan heterokist dan akinet yang ukurannya berbeda dari sel vegetatif.
c. Cylindrospermum
Memiliki heterokist yang selalu basal dan dibawah keadaan normal. Sel yang berbatasan menjadi berpindah kedalam akinet silindris.
3. Famili Scytonemataceae
Trikom disertai membran yang mungkin berwarna. Trikom dicirikan oleh percabangan palsu tanpa pembelahan sel inisiasi pada bidang yang baru, trikom atau hormogonia putus atau tumbuh menyambung membran. Contoh spesies ini yaitu : Tolipotrix
Diameter trikom seragam dan disertai membran yang sempit. Tipe percabangan palsu timbul dari sekitar heterokist.
4. Famili Stigonemataceae
Trikom dari beberapa genera adalah pluriseriata. Trikomnya berbeda dari cyanophyta lainnya dalam percabangannya yaitu dimulai oleh pembelahan sel pada bagian yang baru. Contoh spesies ini yaitu :
a. Hapalosiphon
Spesies ini tumbuh pada air yang asam atau netral dan bersifat epifit pada tanaman aquatik lain. Sel berbentuk pendek silindris. Pada membran terdapat hialin, hetrokist interkalar dan akinet. Hormogonia biasanya dari percabangan yang mugkin timbul unilateral atau bilateral spesies.
b. Stigonema
Hidup pada batuan yang lembab dan tanah yang lebih banyak terdapat air. Trikom utama pluriseriata, membran tidak berwarna atau kuning kecoklatan. Pertumbuhan ujung lebih luas dan percabangannya sama dengan sumbu utama, bentuk sel mugkin bulat atau pipih. Mereka terlihat disambung oleh untai protoplasmik kasar. Hormogonia dihasilkan dari ujung percabangan.
5. Famili Rivullariaceae
Trikomnya meruncing dari dasar sampai apeks atau dari tengah ke arah 2 ujung. Contoh spesies ini yaitu :
a. Calothrix
Hidup pada air tawar, air laut dan mungkin melapisi batu – batuan atau menempel pada ganggang dan tanaman aquatik lainnya. Filamen meruncing dan tidak bercabang
/ memiliki percabangan palsu. Percabangan palsu dapat lepas dari trikom induk. Heterokist biasanya basal dan jika ada akinet berdekatan dengan heterokist basal
b. Rivularia
Rivularia tidak memiliki akinet. Beberapa spesies dari Rivularia bersifat sub areal pada karang yang lembab

Tuesday, October 12, 2010

STRUKTUR DAN FUNGSI TUBUH TUMBUHAN

GOLONGAN TUMBUHAN :
1. Tumbuhan tingkat rendah, memiliki ciri-ciri :
Berthallus sehingga disebut Tumbuhan THALLOPYHTA
Organ masih sangat sederhana
Belum mempunyai jaringan pengangkutan
Ex : Brypohyta dan Algae

2. Tumbuhan tingkat tinggi, memiliki ciri-ciri :
Berkormus sehingga disebut CORMOPHYTA
Organ sudah dapat dibedakan dengan nyata/kjelas antara akar, daun dan batang.
Mempunyai jaringan pengangkutan/vasikuler.
Ex : Angiospermae (Dikotil dan Monokotil) dan Gymnospermae.

STRUKTUR TUMBUHAN : E K E S
E : Epidermis
K : Kortex, terdiri dari : jaringan stereon dan Parenkim
E : Endodermis, merupakan jaringan pembatas antara kortex dan stele
S : Silinder pusat , terdir dari : jaringan pengnagkuta (Xylem dan Phloem)

MACAM JARINGAN TUMBUHAN
A. JARINGAN MERISTEM
•Merupakan jaringan yang aktif membelah
•Disebut juga jaringan meristematik atau embrional.
•Terdapat pada ujung akar, ujung batang, kamibium ikatan pembuluh.
•Tumbuh secara vertikal dan horizontal.
B. JARINGAN PERMANEN/DEWASA
1. Jaringan pelindung yaitu Jaringan Epidermis
•Merupakan selapis sel pipih, tipis dan rapat
•Terletak paling luar/tepi
•Memiliki lapisan kutikula/lilin
•Berfungsi untuk menutupi permukaan daun, bunga, buah dan akar.

2. Jaringan Stereon/Penguat.
a. Jaringan Sklerenkim
•Merupakan sel-sel yang telah mati, terdiri dari fiber/serat dan sel batu/sklereid.
•Mengalami penebalan pada seluruh dinding sel oleh zat Lignin/zat kayu.
•Bersifat kaku/mudah patah.
•Berfungsi untuk melindungi dan menguatkan bagian dalam sel

b. Jaringan Kolenkim
•Penebalan terjadi di sudut-sudut sel oleh zat selulose
•Bersifat lentur/fleksibel
•Mengandung klorofil
•Terdapat pada batang, daun, buah dan akar.
•Berfungsi untuk menguatkan tubuh tumbuhan.

3. Jaringan Parenkim
•Disebut juga jaringan dasar
•Berada juga di Berkas Pengangkutan (BP)/
•Bentuknya bermacm-macam seperti : tiang/palisade ; sponsn/bunga karang ; bintang dan lipatan.
•Selnya tipis dan terdapat ruang antar sel (r.a.s.)
•Berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan, air, udara, fotosintesis dan transportasi.
4. Jaringan Pengangkutan
a. Jaringan Xylem
•Disebut jaringan kayu
•Terletak di bagian paling dalam.
•Memiliki trakeid yang mengalami penebalan.
•Berfungsi untuk mengangkut air, garam mineral dan unsur hara dari akar ke daun dan seluruh jaringan tubuh.

b. Jaringan Phloem
•Disebut juga jaringan tapi.
•Terletak di sebelah luar jaringan Xylem
•Memiliki sel tapis yang bentuknya kecil dan sel tetangga.
•Berfungsi untuk mengangkut hasil fotodintesis dari daun ke seluruh tubuh tumbuhan.

5. Jaringan Gabus/Periderm
•Merupakan sel pengganti epidermis yang telah mati
•Mengandung zat suberin/zat gabus.
•Berfungsi sebagai pelindung dan jalur transportasi air.

ORGAN TUMBUHAN
A. ORGAN POKOK
1. AKAR
2. BATANG
3. DAUN

B. ORGAN TAMBAHAN
1. BUNGA
2. BUAH
3. BIJI
AKAR
a. Fungsi akar :
•Menyerap air, garam dan unsur hara
•Alat transportasi
•Menyimpan cadangan makanan
•Penunjang dan memperkokoh tubuh tumbuhan.
•Alat respirasi
•Alat reproduksi
•Tempat tumbuhnya tunas

b. Struktur Akar
1. Struktur luar
•Rambut akar
•Batang akar
•Unjung akar
•Meristem
•Kaliptra

2. Struktur dalam
E : Epidermis, termodifikasi menjadi bulu-bulu akar
K : Kortex, sebagai tempat cadangan makanan dan Repsirasi
E : Endodermis, sebagai transportasi mineral dan air
S : Silinder pusat, terdapat Berkas Pengangkutan (BP)/Jaringan
Pengangkutan (JP)

3. Daerah Pertumbuhan Akar
•Kaliptra yaitu jaringan yang melindungi ujung akar. Disebut juga tudung akar.
•Meristematik yaitu daerah yang selnya aktif membelah diri
•Pertumbuhan dan perkembangan yaitu daerah terjadinya pertambahan jumlah sel akibat aktivitas daerah meristematik.
•Differensiasi yaitu daerah perubahan sel baik bentuk serta fungsinya. Atau daerah modifikasi sel.

4. Transportasi akar
a. Ekstravasikuler yaitu transportasi yang tidak melewati jaringan pengangkutan.
Macamnya ada 2 :
•Apoplas yaitu pengangkutan air, garam mineral serta hasil fotosintesis melewati ruang antar sel karena adanya penebalan pad sel endodermis.
•Simplas yaitu pengangkutan air, garam mineral dan hasil fotosintesis melalui se.

b. Intravsikuler yaitu transportasi yang melalui jaringan pengangkutan (JP).
Macamnya ada 4 :
•Imbibisi yaitu penyerapan molekul, zat dengan menggunakan kemampuan dinding sel dan plasma sel. Terjadi pada Bryophyta.
•Difusi yaitu perpindahan molekul, zat dari daerah hipertonis menuju daerah hipotonis.
•Osmosis yaitu perpindahan molekul, zat dari daerah hipertoni menuju daerah hipotonis melalui selaput semipermeabel.
•Transport aktif yaitu pengangkutan ion-ion, moleku yang menggunakan energi berupa ATP.

5. Repirasi pada Akar
•Merupakan respirasi aerob
•Memlui stomata, lenti sel, epidermis akar yang muda (bulu akar) atau seluruh permukaan tubuh (pada tumbuhan tingkat rendah).
•Menghasilkan CO2 dan H2O untuk bahan fotosintesis.

6. Macam Akar
•Akar nafas, ex : tanaman bakau
•Akar gantung, ex : beringin, anggrek
•Akar tunjang, ex: Pandanus sp
•Akar serabut., ex : golongan Monokotil
•Akar Tunggang, ex : golongan Dikotil

BATANG
1. Fungsi :
•Tempat lintasan makanan dan air
•Penyokong tumbuhan
•Penyimpan sebgaina hasil fotosintesis.
•Pembentuk tubuh tumbuhan seperti daun, tunas dan bunga.
•Alat reproduksi vegetatif
•Memberikan bentuk tubuh tumbuhan.





2. Struktur batang
a. DIKOTIL
E : Epidermis, mengalami penebalan zat gabus dan kutikula, termodifikasi
membentuk lenti sel.

K : Kortex, Jaringan parenkim dengan r. a.s. dan jaringan penguat dengan
penebalannya.
E : Endodermis, mengandung zat tepung, terdapat floeterma (selaput
tepung).
S : Silinder pusat, terdapat Berkas Pengangkutan (BP)/Jaringan
Pengangkutan (JP) tipe kolateral terbuka. Terdapat empulur dan
perisikel.

b. MONOKOTIL
•Tidak mempunyai kambium
•Pertumbuhannya terbatas
•Ikatan pembuluh dengan tipe kolatral tertutup
•Memiliki empulur dan sklerenkim
•Epidermis dengan stomata dan bulu-bulu akar

4. Bentuk batang berdasarkan strukturnya
•Herbaceus yaitu batang yang lemah dan berair karena banyak mengandung zat selulose. Ex : Amaranthus hybridus ; krokot
•Calmus/rumput yaitu batang yang tidak keras dan tampak beruas-ruas. Ex : Oryza sativa.
• Calamus/mendong yaitu batang yang seperti rumput tetapi ruanya lebih panjang. Ex : Wlingi dan mendong.
•Lignosus yaitu batang yang berkayu keras dan kuat. Ex : golongan pohon dan semak.

5. Macam percabangan
•Monopodial yaitu percabangan dengan batang pokok yang jelas, karena lebih besar dan panjang dari cabangnya. Ex : Camara lantana.
•Simpodial yaitu percabangan dengan batang poko yangsama besar dengan cabang utam. Ex : Achras zapota / Sapota achras / Manilakara achra atau sawo Manila.
•Dikotom yaitu percabangan yang selalu membentuk 2 cabang sama ebsar. Ex : Golongan Pterydophyta.

6. Lingkaran tahun
•Terjadi akibat pertumbuhan kamium kearah luar dan dalam yang diperlihatkan dengan sebentuk garis melingkar.
•Adanya perbedaan nyata antara lingkaran tahun di musim hujan dan musim kemarau.
•Pada musim kemarau lingkaran tahun yang terjadi selnya lebih kecil dan sedikit
•Sedangkan pada musim penghujan lingkaran tahu n yang terjadi selnya lebih besar dan banyak.

DAUN
1. Fungsi :
•Merupakan organ fotosintesis
•Alat transportasi
•Membatasi proses transpirasi dengan adanya lapisan kutikul.
•Alat reproduksi vegetatif

2. Struktur daun
E : Epidermis, bagian atas selapis sel dengan peenbalan kutikula. Bagian
bawah selapis sel dengan termodifikasi menjadi stomata.
K : Kortex, merupakan bagian dari mesofl daun/dagingdaun yang terdiri dari
jaringan Parenkim baik palisade dan spons.
S : Silinder pusat, terdapat Berkas Pengangkutan (BP)/Jaringan
Pengangkutan (JP) yang terlihat dalam urat daun. Terdapat tulang daun
dalam JP dengan jaringan penguat kolenkim. Pada tangkai daun
terdapat jaringan penguat berupa kolenkim dan sklerenkim.

3. Hal-hal yang menyebabkan larutan garam mineral naik ke bagian daun.
a. Tekanan Akar
•Secara osmosis dari akar ke seluruhbagian tumbuhan.
•Paling tinggi terjadi pada malam hari.

b. Daya kapilaritas
•Pembuluh di akar, batang dan daun asling berhubungan membentuk pembuluh kapiler.
•Akibat dari gaya adhesi anata dinding xylem dengan molekul air dan akibat gaya kohesi antara molekul air.



c. Daya isap daun
•Akibat dari penguapan dandaun kekurangan air
•Menyebabkan air dalam saluran ikatan pembuluh naik ke daun.

d. Pengaruh sel-sel yang hidup

4. Pengeluaran larutan dari daun
•Gutasi yaitu proses perembesan tetes-tetes air melalui celah daun (hidatoda/gutatoda/emisarium) di bagian ujung daun.
•Transpirasi yaitu proses pengauapan dari tumbuhan baik akar, daun dan batang melalui stomata. Alat pengukuranya dinamakan Potometer atau Porormeter.
•Pendarahan yaitu proses keluarnya air bersama zat-zat yang terlarut di dalamnya melalui luka. Biasanya hasil pelukan ini dapat bermanfaat bagi manusia. Seperti karet menghasilkan latex, seludang kelapa menghasilkan aren dan pinus menghasilkan terpentin.

5. Faktor yang mempengaruhi transpirasi
a. Faktor luar
•Suhu
•Kelembaban relatif
•Pergerakan air
•Tekanan Atmosfer
•Cahaya
•Angin
•Persediaan air tanah

b. Faktor dalam
•Ukuran daun
•Tebal daun
•Jumlah stomata
•Ada tidaknya lapisan kutikula
•Banyak sedikitnya trikoma

BUNGA
•Merupakan organ reproduksi
•Dipunyai oleh tumbuhan tingkat tinggi
•Terbentuk dari ujung cabang

1. Bagian bunga
•Tangkai bunga/Pedunculus
•Dasar bunga/Receptaculum
•Perhiasan bunga yang meliputi Kelopak bunga/calyx dan mahkota bunga/corolla.
•Gamet bunga meliputi :
a.Pistillum/putik, terdiri dari :
•Kepala putik/tigma
•Tangkai putik/stylus
•Bakal buah/ovarium
•Bakal biji/ovulum
b.Stamen/benang sari, terdiri dari :
•Tangkai sari/filamen
•Kepala sari/anthera
•Serbuk sari /pollen

2. Pembagian tumbuhan berdasarkan kedudukan gamet bunga:
•Monoseus/berumah satu yaitu tumbuhan yang memiliki 2 macam bunga yaitu bunga jantan dan betina pada satu pohon.

•Diosesus/berumah dua yaitu tumbuhan yang hanya memiliki 1 macam bunga aytiu bisa bunga jantan atau bungan betina.

3. Pada tumbuhan Gymnospermae
•Belum memiliki bunga yang sesungguhnya.
• Alat reproduksi berupa strobilus, mengandung daun buah dan serbuksari.
•Ex : Gnetum gnemon, Pinus merkusii


4. Pada tumbuhan Angiospermae
•Sudah memiliki bunga yang sesungguhnya
•Berdasarkan susunan bunganya dapat dibedakan menajdi :
Bunga tunggal yaitu dalam satu tangkai hanya terdapat satu kuntum bunga. Ex : Hibiscus rosa-sinensis
Bunga majemuk yaitu dalam satu tangkai terdapat banyak kuntum bunga. Ex : Helianthus anuus, Mimmosa pudica

•Macam bunga majemuk
Bunga Tandan , memiliki ciri-ciri :
Bertangkai nyata
Melekat pada ibu tangkai yang tidak bercabang
Ex : Ixora palludosa

Bunga Tongkol, memiliki ciri-ciri :
Tidak bertangkai pada bunganya
Melekat pada ibu tangkai ukuran besar dan bergerombol
Ex : Bunga ♀ pada Zea mays


Bunga Cawan, memiliki ciri-ciri :
Memiliki ibu ujung tangkai melebar dan merata
Berbentuk cawan/cakaram
Ex : Helianthus anuus

Bunga Bongkol, memiliki ciri-ciri :
Bunga manjemuk secara kesseluruhan
Berbentuk bola
Ex : Mimmosa pudica, Lamtoro dan petai Cina

BUAH
•Berkembang dari bagian sel gamet ♀ yang disebut bakal buah

1.Bagian buah
•Buah yang lengkkap tersusun dari biji, daging buah dan kulit buah.
•Kulit buah yang sudah masak biasanya terdiri dari epikarp, mesokarp dan endokarp. Terdapat pada Cocos sp, Kenari, Mangifera indica, Musa paradisiaca.

2.Fungsi buah
•Menyimpan cadangan makanan
•Membantu proses pemencaran tumbuhan.

3.Macam buah, secara umum :
•Buah tunggal yaitu buah yang dibentuk olehh satu bakal buah yang berasal dari satu bunga. Ex : Mangifera indica
•Buah agregat yaitu buah yang dibentuk oleh banyak bakal buah yang berasak dari satu bunga. Ex : Anona muricata, Fragaria vesca, Srikaya.
•Buah majemuk yaitu buah yang terbentuk dari banyak bakal buah yang berasal dari banyak bunga. Ex : Ananas commosus, Artocarpus integra, Keluwih.

4.Macam buah berdasarkan jenisnya :
•Buah sejati yaitu buah yang terbentuk dari bakal buah. Ex : Mangifera indica, Avocado, Papaya sp, Semangka.
•Buah semu aytiubuah yang terbentuk dari bakal buah dan bagian-bagianlain dari bunga. Ex : Anacardium ocidentale, Fragaria vesca, Pyrus malus, Artocarpus integra.

BIJI
•Tebentuk dari bakal biji, hasil dari fertilisasi
•Terletak dalam bakal buah.
•Merupakan alat reproduksi generatif
•Bagian dalam terdapat embrio atau calon individu baru.

1.Fungsi biji
•Menyimpan cadangan makanan.
•Alat pemencaran tumbuhan.

2.Bagian-bagian biji
•Spermodermis, merupakan kulit pelindung yang terluar. Pada Gymnospremae terdiri dari 3 lapisan yaitu luar (lapisanyang tebal), tengah (lapisan yang keras) dan dalam (lapisanyang tipis). Ex : Gnetum gnemon, Cycas rumphii. Pada Angiospermae terdiri dari 2 lapisan yaitu testa (lapisan yang tipis dan keras) dan tegmen (lapisan yang tipis seperti selaput). Ex : Manggifera indica, Arachis hypogea.
•Funiculus,merupakan bagian yang menghubungkan biji dengan papan biji (plasenta). Disebut juga dengan tali pusat.
•Hilus atau pusat biji , merupakan bagian dari tali pusat yang sudah putus, sehingga meninggalkan bekasnya saja apabila biji sudah masak.
•Nucleus seminis (inti biji/isi biji), merupakan bagian biji yang terdalam yang terdiri dari : embrio (lembaga) yang akan dapat menjadi akar lembaga (radikula), kotiledon (daun lembaga) dan pucuk lembaga (plumulae). Selain itu terdapat pula endosperm (putih lembaga/cadangan makanan). Pada Golongan Leguminoceae, endpspermnya berada dalam daun .

HAMA DAN PENYAKIT
1.Hama yaitu organisme yang merusak tanaman atau hasil tanaman akaibat dari aktivitas hidupnya untuk memperoleh makanan. Biasanya didominasi oleh golongan hewan. Ex : Mammalia, Insecta, Aves.

2.Contoh hama :
•Wereng coklat/Nilaparvata lugens pada tanaman Oryza sativa.
•Walang sangit/Leptocorisa acuta dengan menhisap biji Oryza sativa yang muda.
•Kutu daun/Aphis sp pada tanaman.
•Kumbang tanduk/Artona cartoxantha dan Orycytes rhinoceros pada Cocos sp.
•Chilo sp pada tunas batang tebu.
•Ancheronthia lachesis/ulat tongkang dengan merusak tanaman Nicotiana tobacum dan golongan Leguminoceae.
•Ulat daun pisang/Erionata thrax dapat meotong dan memakan daun Musa paradisiaca.
•Kepiting sawah/Paratelphusa convvexa dapat merusak tanaman Oryza sativa pada waktu muda dan merusak galangan sawah.
•Siput kerucut pendekk/Bradybaena similaris dapat merusak tanaman muda pada sayur mayur dan tanaman hias.
•Tikus sawah/Rattus argentiventer dapat mengerat batang, memakan bunga dan biji pada Oryza sativa.
•Burung gereja/Passer montanus dapat memakan rumput-rumputan termasuk Oryza sativa.
•Kera bedes/Macaca fascicularis dapat menyerang ladang singkong. Zea mays dan Oryza sativa.
•Bajing/Callosciurus notatus dapat melubangi buah kelapa dan memakan isinya.
•Landak/Hystrix brachyura dapat menyerang ladang singkong dan ubi.

3.Penyakti tanaman yaitu ganggguan pada tanaman yang disebabkan oleh golongan mikroorganisme. Biasanya menyerang pada organ-organ tertentu pada tanaman.

4.Contoh penyakit tanaman
•Penyakit CVPD pada Citrus sp, yang disebabkan oleh virus.
•Penyakti Mozaik pada Nicotiana tobacum dan kentang, yang disebabkan oleh virus.
•Rebah kecambah pada kecambah, yang disebabkan oleh fungi yaitu Phytium debaryanum.
• Penyakit pada Zea mays yang disebakan oleh fungi api yaitu Ustilago maydis.
•Penyakit pada pucuk tebu, yang disebabkan oleh fungi Ustilago scitaminea.
•Penyakit pada anggrekm yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas cattlyeas.
•Penyakit pada ruas batang dan butir biji Oryza sativa, yang disebabkan oleh Pyricularia oryzae.
•Penyakit pada kentang, yang disebabkan oleh fungi Phytophthora infestan.


KLASIFIKASI TUMBUHAN BERDASARKAN KEMAMPUAN PENYERAPAN AIR
1.HIDROFIT yaitu golongan tumbuhan yang mempunyai kemampuan untuk hidup di lingkungan air. Ex : Eicchornia crassipes, Lotus/teratai.
2.HALOFIT yaitu golongan tumbuhan yang mempunyai kemampuan untuk hidup di lingkungan dengan kadar garam tinggi. Ex : Bakau, Nipah.
3.MESOFIT yaitu golongan tumbuhan yang mempunyai kemampuan untuk hidup di lingkungan yang cukup air. Ex : Coffea, Coklat.
4.XEROFIT yaitu golongan tumbuhan yang mempunyai kemampuan untuk
Hidup di lingkungan yang kurang air/kering. Ex : Kaktus, Kurma.
5.HIGROFIT yaitu golongan tumbuhan yang mempuyai kemampuan untuk hidup di lingkungan yang lembab. Ex : Bryophyta, Pterydophyta.